Sumber: V.I.Lenin, Kumpulan Karya, Edisi Rusia Keempat, Jilid 11, hal. 186-196
Penerjemah: Diketik kembali untuk Situs Indo-Marxist dari buku Yayasan ”Pembaruan” Jakarta 1960 dengan sedikit perubahan ejaan
Persoalan aksi gerilya adalah suatu persoalan yang sangat banyak menarik perhatian Partai kita dan massa buruh. Kami telah beberapa kali secara sambil lalu menelaah persoalan ini, dan kini kami berniat untuk memberikan pembentangan lebih lengkap dari pandangan-pandangan kami, yang telah kami janjikan.
Mari kita mulai dari permulaan. Tuntutan-tuntutan pokok apa yang harus diajukan oleh setiap Marxis pada suatu penyelidikan persoalan bentuk-bentuk perjuangan? Pertama-tama, Marxisme berbeda dari semua bentuk primitif dari Sosialisme karena tidak mengikat gerakan itu dengan suatu bentuk perjuangan khusus apapun. Ia mengakui bentuk-bentuk perjuangan yang paling beraneka ragam, dan dalam pada itu tidak “mereka-reka”nya, melainkan hanya menggeneralisasi, mengorganisasinya, membuat menjadi sadar bentuk-bentuk perjuangan klas-klas revolusioner yang timbul dengan sendirinya dalam jalannya gerakan itu. Marxisme, yang secara mutlak memusuhi segala macam permusuhan abstrak dan segala resep doktriner, menuntut sikap yang penuh perhatian terhadap perjuanganm massal yang sedang berlangsung, yang ketika gerakan itu berkembang, ketika kesadaran klas dari massa tumbuh, ketika krisis-krisis ekonomi dan politik menjadi tajam, terus menerus melahirkan cara-cara bertahan dan menyerang yang baru dan lebih beraneka ragam lagi. Marxisme, oleh karenanya, pasti tidak menolak secara a’priori sebarang bentuk perjuangan. Marxisme samasekali tidak membatasi diri dengan bentuk-bentuk perjuangan yang mungkin dan yang ada hanya pada saat tertentu saja, dan mengakui bahwa bentuk-bentuk perjuangan yang baru, yang tidak diketahui oleh tokoh-tokoh dari periiode tertentu itu, dengan tak terelakkan lahir ketika situasi sosial tertentu berubah. Dalam hal ini Marxisme belajar, kalau kita boleh menyatakannya demikian, dari praktek massa, dan samasekali tidak berpretensi untuk mengajar massa tentang bentuk-bentuk perjuangan yang direka-reka oleh “tukang-tukang buat sistim” dari kamar-kamar kerja. Kita mengetahui – berkata Kautsky [14], umpamanya, ketika menyelidiki bentuk-bentuk revolusi sosial – bahwa krisis mendatang akan membawa bentuk-bentuk perjuangan baru yang kini tidak dapat diramalkan.
Kedua, Marxisme menuntut penyelidikan yang mutlak historis dari persoalan bentuk-bentuk perjuangan. Mencoba menelaah persoalan ini terpisah dari situasi historis yang konkrit, berarti tidak memahami ABC materialisme dialektik. Pada tingkat-tingkat evolusi ekonomi yang berlainan, tergantung pada perbedaan-perbedaan dalam syarat-syarat politik, kebudayaa-nasional, kehidupan seharihari dan lain-lainnya, bentuk-bentuk perjuangan yang belainan maju ke depan dan menajdi bentuk-bentuk perjuangan utama; dan sehubungan dengan ini, bentuk-bentuk perjuangan kedua, tambahan, mengalami perubahan menurut gilirannya.Mencoba memberikan jawaban ya atau tidak atas pertanyaan tentang cara perjuangan yang khusus, tanpa membuat penyelidikan yang terperinci tentang situasi konkrit dari gerakan tertentu pada tingkat perkembangannya yang tertentu, berarti selengkapnya meninggalkan pendirian Marxisme.
Inilah dua ketentuan teoritis utama yang padanya kita harus berpedoman. Sejarah marxisme di eropa Barat menyediakan jumlah contoh yang tak terhingga yang menguatkan apa yang telah dikatakan. Sosial-Demokrasi Eropa dewasa ini menganggap parlementerisme dan gerakan serikat buruh sebagai bentuk-bentuk perjuangan utama; ia mengakui pemberontakan di zaman lampau, dan sangat bersedia untuk mengakuinya, jika kiranya keadaan berubah, di masa yang akan datang – bertentangan dengan pendapat kaum burjuis liberal seperti kaum Kadet [15] Rusia dan kaum Bezzglavtsi [16]. Sosial-Demokrasi dalam tahun-tahun 70-an menolak pemogokan umum sebagai suatu obat universil untuk segala penyakit sosial, sebagai alat penumbangan burjuasi dengan sekali pukul oleh cara non-politik – akan tetapi Sosial-Demokrasi sepenuhnya mengakui pemogokan politik massal (teristimewa setelah pengalaman Rusia dalam tahun 1905) sebagai salah satu cara perjuangan yang harus dalam syarat-syarat tertentu. Sosial-Demokrasi mengakui pertempuran di barikade-barikade jalanan dalam tahun-tahun 40-an abad ke XIX, menolaknya karena sebab-sebab tertentu pada akhir abad ke XIX, dan menyatakan kesediaan selengkapnya untuk meninjau kembali pandangan yang terakhir itu danuntuk mengakui kemanfaatan pertempuran barikade setelah pengalaman Moskwa, yang menurut kata-kata Kautsky, melahirkan taktik-taktik baru dari pertempuran barikade.
Setelah menegakkan ketentuan-ketentuan umum Marxis, marilah kita sekarang kembali kepada revolusi Rusia. Mari kita ingat kembali perkembangan sejarah dari bentuk-bentuk perjuangan yang dihasilkannya. Pertama-tama ada pemogokan-pemogokan ekonomi dari kaum buruh dan mahasiswa-mahasiswa (1901-1902), kegaduhan-kegaduhan kaum tani (1902), permulaan pemogokan-pemogokan politik massal dalam berbagai-bagai kombinasi dengan demonstrasi-demonstrasi (Rostov tahun 1902, pemogokan-pemogokan di musim panas tahun 1903, peristiwa 9 Januari 1905), pemogokan politik se Rusia yang diikuti oleh peristiwa-peristiwa pertempuran barikade se-setempat ()ktober 1905), pertempuran barikade massal dan pemberontakan bersenjata (Desember 1905), perjuangan parlementer yang damai (April-Juni 1906), pemberontakan militer sebagian-sebagian (Juni 1905 – Juli 1906) dan pemberontakan-pemberontakan tani sebagian-sebagian (musimrontok 1905 – musimrontok 1906).
Demikianlah dudukperkara di musimrontok tahun 1906 dari sudut pandangan bentuk-bentuk perjuangan pada umumnya. Bentuk “balas dendam” dari perjuangan yang diambil oleh otokrasi yalah progrom “Seratus Hitam" [17], mulai dari kota Kisyinev pada musim semi tahun 1903 sampai pada kota Sedlets pada musim rontok tahun 1906. Selama seluruh periode ini pengorganisasian progrom-progrom Seratus Hitam dan pemukulan orang-orang Yahudi, mahasiswa-mahasiswa, kaum revolusioner dan kaum buruh yang sadar klas terus maju dan menyempurnakan diri, dengan menggabungkan kekerasan pasukan-pasukan Seratus Hitam dengan kekerasan sampah masyarakat yang disuap, dengan bertindak begitu jauh sampai mempergunakan arteleri di dusun-dusun dan kota-kota dan dengan menggabungkan diri dengan ekspedisi-ekspedisi polisionil, keretaapi-keretaapi militer polisionil dan seterusnya.
Demikianlah latar belakang utama dari gambaran itu. Pada latar belakang ini nampak – tak disangsikan sebagai sesuatu yang bersifat khusus, penambah dan pembantu – fenomena, pada studi dan penilaian mana tulisan ini ditujukan. Apakah fenomena ini? Bagaimana bentuk-bentuknya? Apakah sebab-sebabnya? Kapankah ia timbul dan seberapa jauh ia telah berkembang? Apakah artinya dalam jalan umum revolusi. Apakah hubungannya dengan perjuangan klas buruh yang diorganisasi dan dipimpin oleh Sosial-Demokrasi? Demikianlah persoalan-persoalan yang kini kita mesti mulai selidiki setelah menggambarkan latar belakang umum dari gambaran itu.
Fenomena yang menarik perhatian kita yalah perjuangan bersenjata. Perjuangan bersenjata itu dilakukan oleh perorangan-perorangan dan grup-grup kecil. Sebagian mereka tergolong pada organisasi-organisasi revolusioner, sedangkan yang lainnya (di dearah-daerah Rusia tertentu sebagian besar) tidak tergolong pada organisasi revolusioner apapun. Perjuangan bersenjata mengejar dua tujuan yang berlainan, yang harus dengan tegas dibeda-bedakan: pertama, perjuangan ini bertujuan amembunuh orang-orang perseoranga, kepala-kepala dan bawahan di dalam ketentaraan dan kepolisian: kedua, ia bertujuan mensita dana-dana keuangan baik dari pemerintah maupun dari orang-orang partikulir. Dana-dana yang disita itu sebagian masuk dalam kas suatu partai, sebagian dipergunakan untuk maksud khusus mempersenjatai dan menyiapkan pemberontakan, dan sebagian untuk memelihara orang-orang yang melakukan perjuangan yang sedang yang sedang kami gambarkan. Ekspropriasi-ekspropriasi besar ( seperti ekspropriasi di Kaukasia yang menyangkut lebih dari 200.000 Rubel, dan ekspropriasi di Moskwa, yang menyangkut 875.000 Rubel) pada kenyataannya pertama-tama dan terutama masuk dalam kas partai revolusioner, -- ekspropriasi-ekspropriasi kecil, kebanykannya dan kadang-kadang seluruhnya, dipergunakan untuk pemeliharaan “kaum ekspropriator”. Bentuk ini dari perjuangan tidak diragukan menjadi berkembang luas dan mendalam hanya dalam tahun 1906, yaitu setelah pemberontakan Desember. Penajaman krisis politik hingga titik perjuangan bersenjata, dan terutama penajaman kemiskinan, kelaparan dan pengangguran di kota dan di desa, memainkan peranan besar di antara sebab-sebab yang melahirkan perjuangan yang kami gambarkan. Bentuk perjuangan ini diterima sebagai yang lebih diutamakan dan bahkan sebagai bentuk perjuangan sosial yang satu-satunya oleh elemen-elemen pengembara dari penduduk, lumpenproletariat dan grup-grup anarkis. Diumumkannya undang-undang keadaan bahaya, mobilisasi pasukan-pasukan baru, program-program Seratus Hitam ( di Sedlets), dan pengadilan-pengadilan militer harus dianggap sebagai bentuk-bentuk perjuangan “balas-dendam” yang diambil oleh otokrasi.
Menurut kebiasaan penilaian terhadap perjuangan yang kami gambarkan itu adalah bahwa ia merupakan anarkisme, Blanquisme [18], terorisme lama, tindakan-tindakan perorangan-perorangan yang terpisah dari massa, yang mendemoralisasi kaum buruh, menimbulkan rasa jijik pada lapisan-lapisan luas penduduk, merusak organisasi gerakan dan merugikan revolusi. Contoh-contoh yang memperkuat penilaian ini dengan mudah dapat dijumpai dalam kejadian-kejadian yang setiap hari dilaporkan dalam suratkabar-suratkabar.
Akan tetapi apakah contoh-contoh itu meyakinkan? Untuk menguji ini, mari kita ambil suatu daerah di mana bentuk perjuangan yang sedang kami selidiki itu paling berkembang – Daerah Litwa. Inilah cara Nowoye Wremya [19] ( dalam terbitannya tanggal 9 dan 12 September) berkeluh kesah tentang kegiatan-kegiatan kaum Sosial-Demokrat Litwa (satu bagian dari PBSDR) dengan teratur menerbitkna suratkabarnya sebanyak 30.000 lembar. Bagian resmi suratkabar itu sedang mengumumkan daftar-daftar mata-mata yang setiap orang jujur wajib memusnahkannya. Orang-orang yang membantu polisi dinyatakan “musuh-musush revolusi”, mereka harus dibunuh dan, tambahan pula, harus disita miliknya. Khalayak ramai diberi instruksi untuk memberi uang untuk Partai kaum Sosial-Demokrat hanya dengan tanda terima yang ditandatangani dan dicap. Dalam laporan Partai terakhir, yang menunjukkan keseluruhan pendapatan sebanyak 48.000 Rubel untuk setahun, digambarkan suatu jumlah sebanyak 5 600 Rubel yang disumbangkan oleh cabang Libau untuk persenjataan, yang didapat dengan jalan ekspropriasi. Sudah barang tentu, Nowoye Wremya mengamuk dan medidih darahnya terhadap “undang-undang revolusioner” ini, terhadap “pemerintah kejam” ini.
Tidak seorangpun akan begitu berani untuk menyebut kegiatan-kegiatan kaum Sosial-demokrat Litwa ini anarkisme, Blanquisme, atau terorisme. Akan tetapai mengapa? Sebab di sini kita mempunayi suatu hubungan yang nyata antara bentuk perjuangan baru dan pemberontakan yang pecah dalam bulan Desember dan yang sedang menggejolak kembali. Hubungan ini tidak begitu kentara dalam hal Rusia sebagai keseluruhan, tetapi ia ada. Kenyataan bahwa perjuangan “gerilya” menjadi tersebar luas justru sesudah bulan Desember, dan hubungannya dengan penajaman bukan saja krisis ekonomi melainkan juga krisis politik adalah di luar keragu-raguan.Terorisme Rusia macam lama adalah persoalan si-konspirator-intelek; hari ini sebagai peraturan umum perjuangan gerilya dilancarkan oleh si-buruh-tempur, atau si-buruh-penganggur belaka. Blanquisme dan anarkisme dengan mudah timbul dalam pikiran orang-orang yang condong berpikiran menurut sablon; akan tetapi dalam keadaan suatu pemberontakan, yang begitu nyata di Daerah Litwa, ketidakwajaran merek-merek yang dihafalkan begitu saja menyolok mata.
Contoh orang-orang Litwa dengan jelas menunjukkan betapa tak tepatnya, tak ilmiahnya dan tak historisnya prkatek yang begitu umum di kalangan kita untuk menganalisa perang gerilya tanpa menghubungkannya dengan keadaan-keadaan sesuatu pemberontakan. Hal ini mesti diperhitungkan, kita mesti memikir-mikirkan ciri-ciri khas dari suatu periode perantara antara tindakan-tindakan pemberontakan yang besar, kita mesti memahami bentuk-bentuk perjuangan apa dengan tak terelakkan timbul dalam keadaan-keadaan seperti itu, dan tidak mencoba menyingkiri persoalan dengan kumpulan kata-kata yang dihafalkan begitu saja, seperti yang sama-sama dipergunakan oleh kaum Kadet dan kaum Nowoye Wremya: anarkisme, perampokan, hooligansime!
Dikatakan bahwa tindakan-tindakan gerilya merusak organisasi pekerjaan kita. Mari kita trapkan pertimbangan ini pada situasi yang telah ada sejak bulan Desember 1905, pada periode progrom-progrom Seratus Hitam dan undang-undangan keadaan bahaya. Apa yang lebih merusak organisasi gerakan dalam periode seperti itu: ketiadaan perlawanan atau perang gerilya yang terorganisasi? Perbandingkan Rusia Tnegah dengan daerah-daerah perbatasan Baratnya, dengan Polandia dan Daerah Litwa. Tidak diragukan bahwa perang gerulya jauh lebih tersebar luas dan jauh lebih berkembang di daerah-daerah perbatasan Barat. Dan sama-sama tidak diragukan bahwa gerakan revolusioner pada umumnya, dan terutama gerakan Sosial-demokratis, lebih rusak organisasinya di Rusia Tengah daripada di daerah-daerah perbatasan Barat. Tentu saja, kiranya tidak akan terlintas di pikiran kami untuk menyimpulkan dari sini bahwa gerakan-gerakan Sosial-Demokratis Polandia dan Litwa kurang rusak organisasinya berkat perang gerilya. Tidak, satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik yalah bahwa perang gerilya tidak dapat dipersalahkan dalam dirusaknya organisasi gerakan klas buruh Sosial-Demokrat di Rusia dalam tahun 1906.
Penunjukan dalam hal ini sering dibuat pada kekhususan-kekhususan syarat-syarat nasional. Akan tetapi penunjukan ini dengan terutama jelas membukakan kelemahan argumentasi yang dipakai luas itu. Kalau persoalan terletak dalam syarat-syarat nasional, maka ia bukannya terletak dalam anarkisme, Blanquisme atau terorisme – dosa-dosa yang umum bagi orang-orang Rusia khususnya – tetapi dalam sesuatu yang lain. Analisalah sesuatu yang lain ini dengan konkrit, tuan-tuan! Maka tuan-tuan akan mengetahui bahwa penindasan nasional atau antagonisme nasional tidak menjelaskan apa-apa, sebab ini selamanya telah terdapat di daerah-daerah perbatasan Barat, sedangkan perang gerilya telah dilahrikan hanya oleh periode sejarah dewasa ini. Ada banyak tempat di mana terdapat penindasan dan antagonisme nasional, akan tetapi tidak ada perjuangan gerilya, yang kadang-kadang berkembang di mana tidak terdapat penindasan nasional apapun. Suatu analisa konkrit dari masalah akan menunjukkan bahwa persoalan terletak bukanlah dalam penindasan nasional, akan tetapi dalam syarat-syarat pemberontakan. Perjuangan gerilya adalah suatu bentuk perjuangan yang tak terelakkan pada saat ketika gerakan massa telah sesungguhnya mencapai titik suatu pemberontakan dan ketika terjadi interval-interval yang agak panjang antara “pertempuran-pertempuran besar” di dalam perang sipil.
Bukanlah aksi-aksi gerilya yang merusak organisasi gerakan itu, melainkan kelemahan sesuatu pasrtai yang tak mampu meletakkan aksi-aksi demikian di bawah kontrolnya. Itulah sebabnya mengapa pada kita, orang-orang Rusia, sumpah-serapah yang biasanya dilemparkan terhadap aksi-aksi gerilya, berjalan bersamaan dengan aksi-aksi gerilya yang tidak terorganisasi, yang rahasia, kebetulan dan benar-benar merusak organisasi Partai. Karena tidak berdaya memahami syarat-syarat sejarah apa yang melahirkan perjuangan ini, kita juga tidak berdaya menetralisasi segi-segi yang merugikan. Sedangkan perjuangan berjalan terus. Ia dilahirkan oleh sebab-sebab ekonomi dan politik yang perkasa. Bukanlah terletak dalam kekuasaan kita untuk meniadakan sebab-sebab ini atau meniadakan perjuangan ini. Keluhan-keluahan kita terhadap kelemahan Partai kita dalam persoalan pemberontakan.
Apa yang kami katakan tentang rusaknya organisasi berlaku juga bagi demoralisasi. Bukanlah perang gerilya yang mendemoralisasi, melainkan aksi-aksi gerilya non-partai yang tidak teroraganisasi, tidak teratur. Kita tidak akan membebaskan diri sedikitpun dari demoralisasi yang paling tidak dapat diragukan ini dengan mengutuk dan menyumpahi aksi-aksi gerilya, sebab kutukan dan sumpah-serapah samasekali tidak berdaya untuk mengakhiri fenomena ini yang telah dilahirkan oleh sebab-sebab ekonomi dan politik yang mendalam. Boleh diajukan keberatan bahwa jika kita tidak mampu mengakhiri suatu fenomena yang tidak normal dan bersifat demoralisasi, maka ini tidaklah merupakan alasan supaya Partai beralih ke cara-cara perjuangan tidak normal dan bersifat demoralisasi itu. Akan tetapi keberatan semacam itu kiranya akan merupakan suatu keberatan yang bersifat liberal burjuis murni dan bukannya suatu keberatan Marxis, sebab seorang Marxis tidak dapat menganggap perang sipil, atau perang gerilya, yang merupakan salahsatu bentuknya, sebagai tidak normal dan bersifat demoralisasi pada umumnya. Seorang Marxis mendasarkan diri pada perjuangan klas dan bukan pada perdamaian sosial. Dalam periode tertentu dari krisis-krisis ekonomi dan politik yang tajam perjuangan klas itu mematang suatu menjadi perang sipil yang langsung, yaitu menjadi suatu perjuangan bersenjata antara dua golongan Rakyat. Dalam periode-periode semacam itu seorang Marxis wajib mengambil pendirian perang sipil. Sebarang pengutukan perang sipil secara mutlak tak dapat diizinkan dilihat dari sudut pendirian Marxisme.
Dalam zaman perang sipil partai proletariat yang ideal adalah partai perjuangan. Ini samasekali tidak dapat diangkal. Kami sangat bersedia untuk mengakui bahwa adalah mungkin untuk berdebat dan membuktikan tidak bermanfaatnya, dilihat dari sudut pendirian perang sipil, bentuk-bentuk tertentu dari perang sipil pada saat ini atau itu. Kami sepenuhnya mengakui kritik terhadap berbagai-bagai bentuk perang sipil dilihat dari sudut kemanfaatan militer dan samasekali setuju bahwa dalam persoalan ini adalah pekerja-pekerja praktis Sosial-Demokrasi di setiap daerah tertentu yang mesti mempunyai kata terakhir. Akan tetapi kami secara mutlak menuntut, demi prinsip-prinsip Marxisme, suapay suatu analisa dari syarat-syarat perang sipil tidak boleh dihindari oleh omongan yang sudah basi dan berupa sablon tentang anarkisme, Blanquisme dan terorisme, dan supaya cara-cara yang tak masuk akal dari kegiatan gerilya yang diterima oleh sementara organisasi Partai Sosialis Polandia pada saat tertentu tidak dipergunakan sebagai momok apabila didiskusikan persoalan ikutsertanya itu sendiri dari Partai Sosial-Demokratis dalam perang gerilya pada umumnya.
Terhadap penunjukan bahwa perang gerilya merusak organisasi gerakan orang harus bersikap kritis. Sebarang bentuk perjuangan baru, yang dibarengi oleh bahaya-bahaya baru dan pengorbanan-pengorbanan baru, dengan takterelakkan “merusak organisasi” organisasi-organisasi yang tidak bersiap untuk bentuk perjuangan yang baru ini. Kelompok-kelompok propagandis lama kita dirusak organisasinya oleh peralihan ke cara-cara agitasi. Komite-komite kita kemudian dirusak organisasinya oleh peralihan ke demonstrasi-demonstrasi. Setiap aksi militer dalam sebarang peperangan sedikit-banyaknya merusak organisasi barisan-barisan pejuang-pejuang. Tetapi dari sini harus disimpulkan bahwa orang mesti belajar berjuang. Demikianlah saja.
Ketika saya melihat kaum Sosial-Demokrat yang dengan bangga dan puas-diri menyatakan; “kami bukan kaum anarkis, pencuri-pencuri, perampok-perampok, kami lebih tinggi daripada semua ini, kami menolak perang gerilya”,--saya bertanya pada diri sendiri: Apakah orang-orang ini menginsyafi apa yang mereka katakan? Bentrokan-bentrokan dan konflik-konflik bersenjata dari pihak pemerintah Seratus Hitam terhadap penduduk sedang berlansung di seluruh negeri. Ini merupakan hal yang mutlak takterelakkan pada tingkat perkembangan revolusi dewasa ini. Penduduk secara spontan dan tidak terorganisasi – dan justru karena itu sering dalam bentuk-bentuk yang tak sepatutnya dan buruk – sedang memberikan reaksi terhadap hal ini juga dengan konflik-konflik bersenjata dan serangan-serangan. Saya memahami bahwa kita dapat menolak untuk melakukan Partai terhadap perjuangan spontan ini di suatu tempat tertentu dan di suatu saat tertentu karena kelemahan dan ketidak siapan organisasi kita. Saya menginsyafi bahwa persoalan ini harus diselesaikan oleh pekerja-pekerja praktis setempat, dan bahwa membentuk kembali organisasi-organisasi yang lemah dan tak siap bukanlah soal yang mudah. Akan tetapi ketika saya melihat seorang ahli teori atau publisis Sosial-demokrat tidak menunjukkan penyesalan tentang ketidak siapan ini, melainkan malahan rasa puas diri yang angkuh dan kecenderungan mengagungkan diri dalam mengulang-ulangi frase-frase yang dihafalkan di waktu remaja tentang anarkisme, Blanquisme dan terorisme, hati saya sakit oleh direndahkannya derajat ajaran yang paling revolusioner di dunia itu.
Dikatakan, bahwa perang gerilya mendekatkan kaum proletar yang sadar klas kepada derajat mereka yang bergelandangan dan terus-terusan mabuk, yang telah menjadi sampah masyarakat itu. Itu benar. Akan tetapi itu hanya berarti bahwa partai proletariat kapanpun tidak dapat menganggap perang gerilya sebagai cara perjuangan satu-satunya, atau bahkan yang utama; itu berarti bahwa cara ini harus ditundukkan pada cara-cara lain, harus disesuaikan ukurannya dengan cara-cara utama dari perjuangan dan harus dipertinggi derajatnya oleh pengaruh yang menerangi pikiran dan yang mengorganisasi dari Sosialisme. Dan tanpa syarat-syarat yang terakhir ini, semua, mutlak semua cara perjuangan dalam masyarakat burjuis mendekatkan proletariat kepada derajat berbagai-bagai lapisan non-proletar di atas dan di bawahnya, dan, kalau dibiarkan terus pada jalan yang spontan dari kejadian-kejadian, menjadi koyak, diputarbalikkan dan dilacurkan. Pemogokan-pemogokan kalau dibiarkan terus pada jalan yang spontan dari kejadian-kejadian, akan dikorup menjadi “Alliances” – perjanjian-perjanjian antara kaum buruh dan majikan-majikan melawan para konsumen. Parelemen akan dikorup menjadi rumah pelacuran, di mana segerombolan politisi burjuis mengadakan jual-beli, secara borongan dan eceran, “kebebasan Rakyat”, “liberalisme”, “demokrasi”, republikenisme, anti-klerikalisme, Sosialisme dan segala barang dagangan lain yang laris. Susatu suratkabar dikorup menjadi telangkai umum, alat pelacuran massa, alat pembunjukan kasar naluri-naluri rendah dari orang banyak, dan sebagainya dan seterusnya. Sosial-Demokrasi tidak mengenal cara-cara perjuangan yang universil, seperti yang kiranya akan memagari proletariat dengan sebuah Tembok Tiongkok dari lapisan-lapisan yang berada sedikit di atas atau sedikit di bawah dia. Sosial-Demokrat dalam berbagai zaman memakai berbagai cara, dengan selalu menuntut supaya pemakaiannya dipastikan dengan keras oleh syarat-syarat ideologi dan organisasi tertentu. [*]
Bentuk-bentuk perjuangan dalam revolusi Rusia terkenal karena keaneka-ragamnya yang sangat besar bila dibandingkan dengan revolusi-revolusi burjuis di Eropa. Kautsky untuk sebagian meramalkan ini dalam tahun 1902, ketika ia berkata bahwa revolusi yang akan datang (dengan perkecualian Rusia, barangkali, ia tambahkan) mungkin tidak begitu banyak berupa suatu perjuangan Rakyat melawan pemerintah daripada perjuangan antara dua golongan Rakyat. Di Rusia kita pasti melihat suatu perkembangan yang lebih luas dari perjuangan terakhir ini daripada dalam revolusi-revolusi burjuis di Barat. Musuh-musuh revolusi kita di kalangan rakyat tidak banyak jumlahnya, akan tetapi makin menjadi tajamnya perjuangan, mereka menjadi makin terorganisasi dan menerima dukungan dari lapisan-lapisan reaksioner dari burjuasi. Oleh karenanya adalah samasekali lumrah dan takterelakkan bahwa dalam suatu zaman seperti itu, zaman pemogokan-pemogokan politik seluruh nasion, pemberontakan tidak dapat mengambil bentuk macam lama dari aksi-aksi sendiri-sendiri yang terbatas pada waktu yang sangat singkat dan pada suatu daerah yang sangat kecil. Adalah samasekali lumrah dan takterelakkan bahwa pemberontakan itu sedang mengambil bentuk yang lebih tinggi dan kompleks berupa suatu perang sipil yang berkepanjangan, yang mencakup seluruh negeri, yaitu suatu perjuangan bersenjata antara dua golongan Rakyat. Peperangan semacam itu tidak dapat diangankan dengan cara lain daripada sebagai suatu rentetan beberapa pertempuran-pertempuran besar dengan interval-interval yang agak panjang dan sejumlah besar sekali pertempuran-pertempuran kecil selama interval-interval ini. Kalau demikian halnya – dan tidak disangsikan demikian halnya – maka kaum Sosial-Demokrat secara mutlak harus menjadikan tugasnya menciptakan organisasi-organisasi yang dalam ukuran yang paling besar mampu memimpin massa dalam pertempuran-pertempuran besar ini, maupun, sejauh mungkin, dalam pertempuran-pertempuran kecil ini. Dalam zaman ketika perjuangan klas-klas telah meruncing sampai perang sipil, kaum Sosial-Demokrat harus menjadikan tugasnya bukan saja ikut serta tetapi juga memainkan peranan memimpin dalam perang sipil ini. Kaum Sosial-Demokrat harus melatih dan menyiapkan organisasi-organisasi mereka untuk benar-benar menjadi mampu bertindak sebagai pihak yang sedang berperang, yang tidak melewatkan satu kesempatanpun untuk memberikan kerugian pada kekuatan-kekuatan musuh.
Ini adalah suatu tugas yang sulit, itu tak usah dikatakan lagi. Tugas itu tidak dapat diselesaikan sekaligus. Sama seperti seluruh Rakyat sedang dilatih kembali dan sedang belajar untuk berjuang selama waktu perang sipil, demikian pula organisasi-organisasi kita harus dilatih, harus disusun kembali sesuai dengan pelajaran-pelajaran pengalaman untuk sanggup menghadapi tugas ini.
Kami tidak mempunyai sedikitpun maksud untuk memaksakan kepada pekerja-pekerja praktis suatu bentuk perjuangan yang direka-reka, atau bahkan untuk memutuskan dari kamar kerja persoalan tentang peranan bentuk ini atau itu dari perang gerulya dalam jalan umum perang sipil di Rusia. Kami jauh dari pikiran untuk menganggap suatu penilaian konkrit tentang aksi-aksi gerilya tertentu sebagai suatu aliran di dalam Sosial-Demokrasi. Akan tetapi kami menganggap sebagai tugas kami untuk menolong, sejauh kemampuan kami, dicapainya suatu penilaian teoritis yang tepat terhadap bentuk-bentuk perjuangan baru yang dilahirkan oleh kehidupan, untuk secara tak mengenal ampun memerangi sablon-sablon dan prasangka-prasangka yang menghalangi kaum buruh yang sadar klas dalam mengajukan suatu persoalan baru dan sulit secara tepat, dan mendekati ppemecahannya secara tepat.
Proletari, No. 5
30 September 1906.
KETERANGAN:
[14] Kautsky, Karl – salah seorang pimimpin Sosial-demokrat Jerman dan Internasionale II, pada mulanya seorang Marxis, kemudian menjadi renegat Marxisme, ideologi semacam oportnuisme yang paling berbahaya dan merugikan – sentralisme.
[15] Kaum Kadet – anggota-anggota partai konstitusionil-demokratis, partai utama dari burjuasi liberal-monarkis di Rusia. Ia dibentuk pada bulan Oktober tahun 1905; keadaan susunannya masuk wakil-wakil burjuasi, tokoh-tokoh Zemstwo dari kaum tuantanah dan kaum intelek burjuis. Kaum Kadet tidak mengajukan tuntutan yang lebih jauh daripada monarki konstitusionil. Sebagai tujuan pokoknya kaum Kadet menganggap perjuangan melawan gerakan revolusioner dan berikhtisar membagi kekuasaan dengan tsar dan tuantanah pemilik hamba. Pada tahun-tahun Perang Dunia pertama (1914-1918) kaum Kadet secara aktif menyolong politik luarnegeri pemerintah tsar. Setelah Revolusi Burjuis Demokratis Bulan Pebruari tahun 1917 kaum Kadet menempati kedudukan pimpinan dalam Pemerintah Sementara burjuis dan melakukan politik kontra-revolusioner, anti Rakyat.
[16] Kaum Bezzaglavtsi – grup setengah Mensyewik, setengah Kadet dari kaum intelek burjuis Rusia, terbentuk pada saat muali surutnya revolusi tahun-tahun 1905-1907. Grup memperoleh namanya itu menurut majalah mingguan politik yang bernama Bez Zaglawiya (tanpa Judul) yang terbit di Petersburg pada bulan-bulan Januari-Mei 1906 di bawah pimpinan Prokopowitc; beberapa waktu kemudian kaum Bezzaglavtsi berhimpun di sekitar suratkabar Kadet-“Kiri” Towarisy. Dengan kedok non-partainya yang formil kaum Bezzaglavtsi menjadi pengkhotbah-pengkhotbah ide-ide liberalisme burjuis dan oportunisme, menyokong kaum revisionis dari Sosial-Demokrasi Rusia dan Internasional.
[17] Kaum Seratus Hitam – anggota-anggota gerombolan Seratus Hitam yang monarkis, yang dibentuk oleh polisi tsar untuk perjuangan melawan gerakan revolusioner, menyerang kaum intelek progresif, mengadakan progrom-progrom terhadap orang-orang Yahudi
[18] Blanquisme – Susatu aliran dalam gerakan Sosialis Perancis, yang dipimpin oleh seorang revolusioner terkemuka, wakil utama Komunisme Utopis Perancis – Louis Auguste Blanqui. Kaum Blanquis mengharapkan “pembebasan umat manusia dari perbudakan upahan tidak dengan jalan perjuangan klas proletariat, melainkan dengan jalan komplotan minoritas kecil kaum intelek” (W.I.Lenin). Sampai mengganti aktivitas partai revolusioner dengan tindakan-tindakan gundukan rahasia kaum komplotan, mereka tidak mempertimbangkan keadaan konkrit, yang diperlukan untuk kemenangan pemberontakan, dan mengabaikan hubungan dengan massa.
19] Nowoye Wremya – suratkabar harian; terbit di Petersburg dari tahun 1868 sampai 1917; milik dari berbagai macam badan penerbit dan tidak hanya sekali mengubah arah politiknya. Sejak tahun 1905 – organ kaum Seratus Hitam.
[*] Kaum Sosial Demokrat Bolsyewik sering kali dituduh seolah-olah mereka bersikap berat-sebelah yang kurang serius terhadap aksi-aksi gerilya. Oleh karenanya tidaklah kurang perlunya untuk mengingatkan bahwa di dalam rancangan resolusi tentang aksi-aksi gerilya (Partiiniye Izwestiya, No. 2, dan laporan Lenin mengenai Kongres), bagian kaum Bolsyewik yang mempertahanakan aksi-aksi gerilya menyarankan syarat-syarat berikut untuk pengakuannya: “ekspropriasi-ekspropriasi” milik privat tidak diijinkan dalam keadaan apapun; “ekspropriasi” milik pemerintah tidak boleh dianjurkan tetapi, hanya diperbolehkan, asalkan dikontrol oleh Partai dan hasil-hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan pemberontakan. Aksi-aksi gerilya dalam bentuk terorisme harus dianjurkan terhadap tukang-tukang aniaya dari pemerintah dan orang-orang Seratus Hitam yang aktif, akan tetapi dengan syarat bahwa 1) sentimen massa luas diperhitungkan; 2) syarat-syarat gerakan klas buruh di daerah tertentu diingat, dan 3) berhati-hati supaya kekuatan-kekuatan proletariat tidak dihabiskan dengan sia-sia saja.Perbedaan praktis antara rancanganini dan resolusi yang diterima pada Kongres Fusi terletak teristimewa dalam kenyataan bahwa “ekspropriasi-ekspropriasi” milik pemerintah tidak diperbolehkan.