Sumber: D.N. Aidit, Brosur Jadilah Komunis yang Baik dan Lebih Baik Lagi!
Penerbit: Yayasan Pembaruan Jakarta, 1964.
Konferensi Nasional Partai yang ke- I ini kita adakan berdasarkan pasal 42 Konstitusi PKI. Berdasarkan pasal 43 Konstitusi dan berdasarkan laporan Komisi Mandat konferensi ini sah.
Konferensi Nasional ini kita adakan dengan tujuan sebagai berikut:
Pertama, kita harus menyesuaikan CC Partai dengan perkembangan situasi dan perkembangan Partai. Sebagaimana kita semua mengetahui, Kongres Nasional VII (Luarbiasa) Partai kita tidak memilih CC baru, padahal sejak Kongres itu (April 1962), apalagi jika dihitung sejak Kongres VI (1959), telah terjadi perkembangan-perkembangan yang penting di dalam negeri maupun di dalam Partai. Hal ini harus ditampung dengan menyempurnakan pimpinan Partai, terutama menyempurnakan CC Partai kita.
Kedua, kita harus menyesuaikan seluruh Partai kita dengan perkembangan situasi supaya Partai lebih mampu memimpin perkembangan situasi. Organisasi Partai harus lebih dikonsolidasi, Komite-Komite Partai sampai ke Komite-Komite basis harus ditingkatkan kemampuan memimpinnya, pembacaan diri serta pendidikan diri para anggota harus diintensifkan, gerakan awalan Plan 4 tahun harus dikontrol pelaksanaannya dan berbagai jatah harus ditinjau dan disesuaikan dengan kebutuhan perjuangan. Peranan aktif kesadaran subyektif seluruh Partai dan tiap-tiap anggota Partai harus dapat dikembangkan secara maksimal.
Ketiga, perkembangan kekuatan progresif harus kita ikuti dengan pekerjaan yang lebih baik dalam mengonsolidasi persatuan nasional revolusioner dan dalam memencilkan lebih lanjut kekuatan kekuatan kepala batu atau kekuatan kontra-revolusioner.
Untuk tujuan pertama saya akan mengusulkan kepada Konfernas ini peningkatan calon anggota-calon anggota CC menjadi anggota-anggota CC dan pemilihan anggota-anggota dan calon anggota-calon anggota CC yang baru.
Untuk tujuan kedua saya akan mengajukan beberapa soal untuk lebih mengonsolidasi Partai kita agar lebih mampu memimpin perkembangan situasi. Kawan Sudisman juga akan memberikan laporan kepada Konfernas ini tentang berbagai soal organisasi, terutama tentang pelaksanaan-pelaksanaan keputusan dan instruksi-instruksi Partai. Kawan Djoko Sudjono akan memberi laporan tentang gerakan awalan Plan 4 Tahun Kebudayaan, Idiologi dan Organisasi.
Mengenai tujuan ketiga Kawan M.H. Lukman akan memberikan laporan pokok tentang pekerjaan Partai dalam mengembangkan lebih lanjut front persatuan nasional, sedangkan beberapa kawan lain akan memberikan laporan-laporan tambahan mengenai soal ini.
Selain daripada itu, saya usulkan supaya Konfernas juga membahas dan menentukan sikap mengenai berbagai persoalan dalam negeri dan luar negeri yang mendesak.
Pada kesempatan ini saya tidak akan mengadakan laporan tentang situasi di dalam dan di luar negeri, karena apa yang sudah dilaporkan dan diputuskan dalam Sidang Pleno II CC setengah tahun yang lalu pada umumnya masih berlaku dan seluruh Partai kita sekarang sedang sibuk melaksanakannya. Selain daripada itu, pada ulang tahun ke-44 Partai sebulan yang lalu pemimpin-pemimpin Partai kita telah mengadakan pidato-pidato yang dititikberatkan pada pengganyangan Si Tiga Jahat, yaitu “Malaysia”, setan-setan desa dan revisionisme modern. Dalam menguraikan tiga soal ini sekaligus telah diuraikan seluruh situasi dan tugas-tugas Partai yang paling mendesak.
Saya sendiri pada ulang tahun ke-44 Partai telah mengadakan pidato di Surabaya yang saya beri judul “Jadilah Komunis Yang Baik dan Lebih Baik Lagi!”. Dalam pidato itu telah saya uraikan dengan singkat situasi politik di dalam dan di luar negeri, demikian juga tentang tugas-tugas nasional dan internasional yang mendesak. Mengenai pembangunan Partai agak luas diuraikan, terutama mengenai perkembangan aktif kesadaran dari Partai, mengenai pembangunan ideologi dalam melawan revisionisme, pengintensifan pembacaan diri dan pendidikan diri, syarat-syarat untuk menjadi Komunis yang baik dan lebih baik lagi, dll. Kepada kawan-kawan pidato tersebut telah dibagikan dengan harapan kawan-kawan suka ikut menyempurnakannya agar dapat dijadikan pegangan dan pedoman dalam usaha kita mengonsolidasi Partai lebih lanjut, dalam lebih memperkuat front persatuan nasional, dalam lebih memencilkan kekuatan kontra-revolusioner, dalam menjadi teladan melaksanakan tugas-tugas nasional dan internasional Rakyat Indonesia.
Sebagaimana sudah kawan-kawan ketahui, dalam rangka CC melaksanakan salah satu keputusan terpenting dari Sidang Pleno II CC j.l, yaitu tentang mengintegrasikan Partai dengan kaum tani, selama bulan-bulan Februari, Maret, April dan Mei saja telah memimpin pekerjaan riset di seluruh Jawa dengan dibantu oleh beberapa puluh kader dari CC l.k. 250 kader CDB dan kira-kira 3000 kader kecamatan dan desa. Desa-desa di 124 kecamatan, yaitu 24 kecamatan di Jawa Barat; 70 di Jawa Timur dan 30 di Jawa Tengah, telah diriset selama 4 bulan itu. Yang diriset ialah keadaan kaum tani dan gerakan tani. Tetapi dalam meriset soal-soal ini juga bermunculan soal-soal lain yang juga sangat penting. Antara lain banyak sekali soal-soal kader dan soal-soal organisasi yang terungkap. Di bawah ini akan saya kemukakan beberapa soal kader dan organisasi yang perlu segera mendapat perhatian kita untuk segera diatasi.
Di sini saya tidak berbicara tentang kader-kader dan organisasi-organisasi PKI secara pada umumnya atau pada pokoknya. Karena kalau berbicara secara pada umumnya atau pada pokoknya, kader-kader PKI adalah sangat baik, mereka suka bekerja keras, rajin belajar, bermoral baik, berdisiplin, bersemangat tinggi, berani, dsb. Selama memimpin Partai, terutama selama memimpin pekerjaan riset belakangan ini, saya dan kawan-kawan lain suka dibikin terharu oleh kesungguhan, keikhlasan, disiplin, militansi dan kecakapan para kader yang ambil bagian dalam pekerjaan Partai, juga dalam pekerjaan riset, termasuk kader-kader dari kalangan sarjana, mahasiswa, seniman, dan terutama kader-kader perempuan. Demikian pula organisasi-organisasi PKI adalah baik, jika berbicara secara pada pokoknya atau pada umumnya. Organisasi-organisasi kita adalah organisasi Marxis-Leninis, senjata perjuangan proletariat yang dapat dipercaya.
Pada kesempatan ini saya berbicara tentang kader-kader dan organisasi dalam hubungan dengan kekurangan-kekurangan kongkrit yang masih terdapat dalam tubuh Partai kita.
Dalam setiap membicarakan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam tubuh Partai, saya mengharap supaya kawan-kawan senantiasa memahami sebaik-baiknya tentang sebab-sebab dari adanya kekurangan-kekurangan itu.
Sejak lahirnya Partai kita sekejap pun tidak pernah berada di luar suasana perjuangan yang berat. Partai kita senantiasa hidup dalam kepungan-kepungan kelas non-proletar dan imperialis dan agen-agennya, sisa kekuatan feodal, borjuasi sedang atau borjuasi nasional, borjuasi kecil dan kaum tani. Kelas-kelas ini, baik pada waktu mereka menentang proletarian maupun waktu mereka bekerjasama dengan proletariat senantiasa menggunakan elemen-elemen yang goyang di dalam Partai guna memasuki uluhati Partai dan proletariat serta terus-menerus mempengaruhi Partai dan proletariat dalam ideologi, kebiasaan hidup, teori dan aksinya. Dalam bekerjasama dengan kita mereka suka bekerjasama dengan Komunis yang “supel”, yang “fleksibel” atau yang “luwes” menurut ukuran mereka, bukan menurut ukuran kita. “supel”, “fleksibel” atau “luwes” menurut ukuran mereka sama artinya dengan tidak memegang teguh prinsip menurut ukuran kita. Kepungan kelas-kelas non-proletar itu dan pengaruhnya terhadap proletariat dan Partai Komunis adalah sumber dari segala macam kekurangan dan kelemahan, segala macam kecenderungan yang salah dan tidak diinginkan di dalam Partai kita, dan merupakan dasar sosial dari segala macam oportunisme di dalam Partai kita. Inilah juga yang menjadi sumber dari perjuangan intern Partai. Oleh karena itulah, perjuangan melawan segala macam kelemahan dan kekurangan, adalah perjuangan yang terus-menerus di dalam Partai kita.
Tiap-tiap anggota PKI tentu harus supel, fleksibel atau luwes, tetapi supel, fleksibel atau luwes dalam membawakan prinsip, dalam membawakan pendirian Komunis yang sesungguhnya.
Konggres nasional V tahun 1954 telah menyimpulkan bahwa lahirnya Konstitusi Partai adalah dorongan yang besar bagi perkembangan Partai di seluruh Indonesia, untuk meningkatkan taraf kesadaran politik Partai, untuk kehidupan demokrasi, untuk kehidupan kritik-self-kritik untuk memperkuat disiplin Partai untuk kesatuan ideologi dan kebulatan tenaga Partai.
Dengan ketaatan kepada Konstitusi kita telah dan akan lebih membesarkan dan membulatkan organisasi Partai kita.
Sayang, masih ada kader-kader atau komite-komite Partai yang bekerja dengan sering melupakan ketentuan-ketentuan Konstitusi, menetapkan sesuatu dengan tidak mengingat Konstitusi. Konstitusi sering hanya digunakan untuk menetapkan sah atau tidaknya persidangan, untuk menjatuhkan tindakan disiplin kepada kawan-kawan yang melakukan pelanggaran-pelanggaran Konstitusi dan untuk keperluan-keperluan lain yang sangat terbatas sifatnya.
Pasal 46 Konstitusi Partai menetapkan keharusan Konferensi bagi CDP, CP, CK, CS dan CSS, pasal 48 menetapkan keharusan Pleno dan pasal 50 menetapkan keharusan Konferensi antar waktu. Ketentuan-ketentuan Konstitusi ini belum berjalan sepenuhnya. Terutama mengenai ketentuan konferensi antar waktu masih sering dilanggar. Juga masih ada CS yang tanpa mengumumkan alasan, menunda konferensi bertahun-tahun, padahal di dalam Konstitusi dinyatakan bahwa ketentuan konferensi-konferensi adalah merupakan bagian dari pelaksanaan sentralisme-demokratis, yaitu bahwa semua badan pimpinan yang dipilih harus memberi pertanggungjawaban kepada yang memilihnya. Malahan juga masih ada DH CSS yang lebih dari setahun tidak mengadakan sidang.
Pasal 6 dan 7 Konstitusi yang mengatur kewajiban-kewajiban dan hak-hak anggota Partai tidak cukup ditaati. Masa calon dibiarkan berlarut-larut, iuran tidak masuk teratur dianggap biasa saja, pelanggaran terhadap sentralisme-demokratis tidak dikritik, demikian pula pasal 66 Konstitusi yang mengatur kedudukan keuangan anggota-anggota Partai yang mendapat kedudukan berpenghasilan atas nama Partai belum berjalan sepenuhnya, dsb.
Sekalipun pelanggaran-pelanggaran dan keteledoran-keteledoran ini tidak merupakan gejala umum, tapi ia harus segera diakhiri. Membiarkannya berarti memerosotkan daya juang Partai, berarti meliberalisasi Partai. Suatu kesatuan tentara sekalipun besar jumlah prajuritnya, jika tak berdisiplin tak akan mampu mengalahkan musuh-musuhnya, demikian pula halnya dengan barisan proletariat. Kekuatan Rakyat progresif Indonesia terletak pada disiplin baja Partai proletarnya, pada kesetiaan semua anggota Partai melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Konstitusi.
Tanamkan semangat taat kepada konstitusi pada semua komite dan anggota Partai!
Kalau kita pada akhir-akhir ini banyak berbicara tentang kelemahan-kelemahan ideologi, melawan rasa puas diri, mengintensifkan pembajaan diri dan pendidikan diri, ini tidak berarti bahwa kader-kader PKI pada umumnya adalah sangat baik seperti sudah saya katakana di muka. Bisa dihitung dengan jari jumlah Partai Komunis di dunia ini yang anggota-anggota dan terutama kader-kadernya dengan sadar dan kompak berjuang melawan revisionisme dan dogmatisme baik yang klasik maupun yang modern. PKI adalah satu di antara Partai-Partai yang tidak banyak jumlahnya itu.
Tetapi kita tidak boleh merasa puas diri dengan apa yang sudah kita capai. Semua anggota PKI tidak boleh merasa sudah cukup berjasa dan tidak boleh sombong dengan sukses-sukses yang sudah dicapainya dalam mengembangkan Partai dan memajukan gerakan revolusioner. Masing-masing harus terus-menerus merasa bahwa dirinya
Masih belum bekerja baik sebagaimana mestinya dan bahwa mutu kepemimpinannya masih terus-menerus harus ditingkatkan. Puas diri dan sombong membikin Komunis menjadi bodoh, teledor, mandek dan merosot. Kita tidak boleh mandek dan merosot, melainkan harus maju terus menjadi Komunis-Komunis yang sudah lama dalam Partaidan bahkan ada yang sudah puluhan tahun memimpin Partai, telah menjadi birokrat-birokrat yang subyektif dan akhirnya hanyut dalam arus revisionism karena kurang membajakan diri dan mendidik diri, karena merasa dirinya sudah “matang”.
Tepat benar semboyan pembangunan Partai kita: “Pembangunan organisasi penting tetapi pembangunan ideologi lebih penting lagi”. Inti dari pendidikan ideologi adalah pembajaan diri dan pendidikan diri. Hanya dengan terus-menerus mengintensifkan pembajaan diri dan pendidikan diri kita akan terhindar dari revisionisme yang mengingkari prinsip dan dogmatisme yang terpisah dari praktek dan massa.
Kita masing-masing mempunyai pengalaman, bahwa di antara kawan-kawan yang kira-kira bersamaan waktu memasuki gerakan revolusioner, menggabungkan diri ke dalam PKI dan ambil bagian dalam Revolusi Agustus 1945, setelah beberapa lama ternyata kemajuan masing-masing tidak sama, ada yang maju tumbuh menjadi kader revolusioner yang aktif dan senantiasa mengikuti dengan baik kejadian-kejadian penting di dalam dan luar negeri, ada yangseparoh-separoh dan ada yang terbelakang samasekali. Padahal keadaan fisik mereka sama baik dan pendidikan umum mereka boleh dibilang tidak berbeda. Mengapa ada yang maju, ada yang separoh-separohdan ada yang terbelakang samasekali setelah berlangsung beberapa tahun?
Tidak lain ialah karena golongan yang maju itu sungguh-sungguh membajakan diri dan mendidik diri artinya mereka senantiasa berada dalam kehangatan perjuangan, mereka merupakan elemen-elemen aktif yang ditempa oleh perjuangan, dan senantiasa mendidik diri dalam semangat, teori dan ideologi Marxisme-Leninisme, terutama dalam menerapkannya pada kondisi-kondisi Indonesia. Mereka yang separoh-separoh adalah mereka yang sungguh membajakan diri dan mendidik diri, lebih-lebih lagi mereka yang terbelakang. Mereka menghindari kehangatan perjuangan, mereka pasif dan tidak ditempa oleh perjuangan, dan tidak sungguh-sungguh mempelajari teori dan praktek Marxisme-Leninisme.
Di samping itu ada lagi kader-kader yang selalu aktif dalam kegiatan revolusioner dan juga bisa ikut berbicara tentang soal-soal nasional dan internasional yang sudah dimuat dalam surat kabar-surat kabar dan majalah-majalah progresif, tetapi dibanding dengan sementara kawan-kawan seangkatannya, mereka tidak begitu cepat majunya. Apa sebabnya? Tidak lain ialah, karena kawan-kawan ini tidak mengombinasikan pembajaan diri dengan pendidikan diri, mereka kurang rajin belajar teori Marxisme-Leninisme dan kurang suka berpikir yang agak mendalam sehingga kurang kreatif dalam menerapkan Marxisme-Leninisme pada keadaan kongkrit. Mereka kurang konsekuen dalam melaksanakan semboyan bekerja dan belajar “tahu Marxisme dan kenal keadaan”. Tentu kawan-kawan ini jauh lebih baik daripada kawan-kawan yang hanya “tahu Marxisme” tetapi tidak ambil bagian aktif dalam mempraktekkannya dan karena itu tidak kenal keadaan, yang hanya “mendidik diri” tetapi tidak membajakan diri, sehingga pada hakekatnya kawan-kawan ini juga tidak tahu Marxisme, yang menuntut kesatuan teori dan praktek.
Jadi, soalnya ialah kita harus mengintensifkan pembajaan diri dan pendidikan diri sekaligus dan di seluruh barisan Partai kita. Untuk ini, kawan-kawan yang sudah maju harus dikonsolidasi, yang separoh-separoh harus ditarik dan didorong supaya maju, yang terbelakang supaya diangkat dari rawa-rawa kepasifan dan diaktifkan. Dengan demikian, kita masing-masing akan maju sebagai barisan depan yang memimpin perjuangan revolusi keseluruhannya.
Untuk mencapai kemajuan yang demikian pulalah saya mengemukakan tentang adanya dua macam Komunis, yaitu Komunis minimum dan Komunis maksimum, demikian di seluruh dunia dan demikian pula di Indonesia.
Komunis minimum adalah Komunis yang memenuhi syarat-syarat minimum yang ditentukan dalam Konstitusi Partai, yaitu: menyetujui Konstitusi Partai, menyetujui
Program Partai, membayar iuran Partai dan melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya oleh organisasi Partai di mana ia tergabung. Sudah tentu tiap-tiap anggota PKI pertama-tama harus menjadi Komunis yang memenuhi syarat-syarat minimum ini. Tetapi, apakah sejak masuk Partai sampai mati hanya harus memenuhi syarat-syarat minimum saja? Tentu tidak. Masing-masing harus berusaha secara berangsur-angsur dan wajar memenuhi syarat-syarat maksimum, berusaha menjadi Komunis maksimum.
Tentu tidak mudah untuk menetapkan apakah syarat-syarat bagi Komunis maksimum. Dan sudah tentu syarat-syarat ini tidak boleh ditetapkan secara subyektif dan secara formil.
Kita semua mengakui bahwa Marx, Engels, Lenin dan Stalin adalah Komunis-Komunis teladan. Karena mereka teladan, kita harus rajin mempelajari biografi dan kerja-kerja mereka. Dengan berbuat demikian kita mengenal perbuatan-perbuatan, prestasi-prestasi dan sifat-sifat Marx, Engels, Lenin dan Stalin selama hidup mereka sebagai Komunis-Komunis teladan. Kita tidak “me-Nabi-kan” mereka, tetapi mereka dapat kita jadikan ukuran dalam membajakan diri dan mendidik diri kita. Kita harus memancangkan tujuan pembajaan diri dan pendidikan diri kita masing-masing untuk mencapai kualitas-kualitas yang dimiliki oleh Marx, Engels, Lenin dan Stalin. Dengan berbuat demikian kita pasti akan menjadi Komunis-Komunis yang lebih baik, karena kita sungguh-sungguh berusaha untuk menjadi murid mereka yang terbaik, untuk menjadi Komunis maksimum.
Untuk memudahkan kita semua dalam berusaha meningkatkan mutu Komunis kita masing-masing, dalam pidato ulang tahun ke-44 di Surabaya saya mengemukakan agar tiap-tiap anggota PKI harus berusaha untuk memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Pelaksanaan syarat-syarat ini harus sejalan dengan usaha kita mengintensifkan pembajaan diri dan pendidikan diri. Dengan demikian kita pasti akan menjadi Komunis yang baik dan lebih baik.
Di samping lebih membajakan diri dan mendidik diri serta melaksanakan 9 syarat tersebut kita juga harus melakukan pendidikan Komunis di kalangan keluarga, di kalangan isteri atau suami dan anak-anak kita. Kita tidak hanya berkewajiban membangun keluarga Komunis yang kecil di lingkungan keluarga kita masing-masing sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari masing-masing sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari perjuangan kita yang besar. Semua anggota keluarga kita, termasuk anak-anak yang belum dewasa, harus merasakan suka-duka perjuangan, harus merasakan kehangatan perjuangan, harus merasakan bahwa nasibnya tergantung pada perjuangan Partai dan Rakyat dan oleh karena itu akhirnya ikut ambil bagian aktif dalam perjuangan kita yang besar.
Apakah sebetulnya pekerjaan Komunis di dunia ini? Tidak lain ialah untuk menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi. Kaum Komunis di seluruh dunia harus menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi antara kapitalisme dengan kelas buruh dan sebagai hasilnya membangun Sosialisme dan Komunisme. Kaum Komunis di negeri-negeri yang masih terjajah atau belum merdeka penuh harus menyelesaikan kontradiksi antara Rakyat dengan imperialisme, antara kaum tani dengan tuan tanah dan sebagai hasilnya mendirikan negeri yang merdeka penuh tanpa imperialisme dan feodalisme untuk selanjutnya membangun Sosialisme dan Komunisme. Selain dari kontradiksi-kontradiksi yang pokok-pokok ini masih banyak lagi kontradiksi-kontradiksi lain yang tidak pokok atau kurang pokok yang harus diselesaikan oleh Kaum Komunis. Jadi, sebagai Komunis kita tidak boleh menghindari kontradiksi yang memang wajar ada, tetapi hasrus menghadapinya, mengurus dan menyelesaikannya. Dalam mengurus dan menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi itu orang Komunis mendapatkan kepuasannya menjadi terbajakan dan menjadi lebih maju.
Juga kontradiksi intern Partai tidak boleh dihindari, tetapi harus dihadapi, diurus dan diselesaikan. Dalam berhasilnya menyelesaikan secara tepat kontradiksi-kontradiksi intern Partai seni dan mutu kepemimpinan seseorang Komunis meningkat. Penyelesaian kontradiksi intern Partai adalah syarat mutlak dalam meningkatkan kemampuan Partai mengurus dan menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi yang ada di luar tubuhnya (extern). Tidak mungkin Partai menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi di luar tubuhnya dengan baik jika di dalam Partai terdapat banyak kontradiksi yang tidak diselesaikan. Kebulatan Partai terletak pada penyelesaian kontradiksi-kontradiksi intern partai secara tepat.
Sebagaimana sudah saja katakana di atas, kelas-kelas non-proletar terus-menerus berusaha menggunakan elemen-elemen yang tidak teguh di dalam Partai dan di kalangan proletariat untuk merongrong Partai dan proletariat. Jadi, adanya kontradiksi intern Partai yang menyebabkan adanya perjuangan intern Partai adalah tidak terpisahkan dari perjuangan kelas di luar Partai. Perjuangan melawan musuh-musuh proletariat di luar Partai dan perjuangan melawan pikiran atau pengaruh non-proletar di dalam Partai adalah berlainan, penyelesaian yang pertama harus melalui perjuangan kelas sedangkan yang kedua melalui kritik dan self-kritik. Tetapi kedua-duanya diperlukan jika Partai kita mau bebas dari segala oportunisme baik “kiri” maupun kanan, jika Partai kita mau mengonsolidasi diri, mengembangkan diri dan mempertahankan kebebasannya. Tanpa melakukan perjuangan di dalam Partai terhadap ideologi dan pengaruh-pengaruh non-proletar, Partai kita tanpa disadari berubah wataknya, menjadi semacam Partai sosial demokrat atau revisionis, menjadi tulangpunggung sosial dari borjuasi. Partai kita telah tumbuh menjadi Partai yang bersatu dan kuat karena sejak ada “Jalan Baru” (1948) dan terutama sekali menjelang Kongres Nasional V (1954) dan beberapa tahun sesudahnya, Partai kita melakukan perjuangan intern Partai yang sengit, melawan oportunisme kanan maupun “kiri”. Oleh karena itu Partai kita tidak boleh menghindari perjuangan intern. Tidak melakukan perjuangan demikian atau mencoba-coba mencari jalan “tengah” dalam soal-soal prinsip hanyalah berarti memerosotkan ideologi Partai.
Tetapi kita harus senantiasa ingat bahwa ada dua macam perjuangan intern Partai, yaitu yang prinsip dan yang tidak berprinsip. Yang dimaksudkan dengan perjuangan intern Partai yang berprinsip ialah perjuangan yang mengenai garis strategi, taktik dan politik Partai. Jika ada perbedaan pendapat mengenai soal-soal ini, maka harus diadakan perjuangan intern yang serius, dan jika tidak dicapai kata mufakat harus diselesaikan dengan pemungutan suara menurut Konstitusi artinya minoritas harus tunduk
Pada mayoritas. Terhadap anggota yang ngotot mempertahankan pandangannya yang keliru dan memprogandakan pandangannya itu sehingga berakibat menimbulkan perpecahan di dalam Partai harus diambil tindakan disiplin menurut Konstitusi Partai. Jika dilakukan dengan tepat, perjuangan intern yang berprinsip akan memperkuat Partai kita, karena perjuangan yang demikian itu akan memperjelas persoalan-persoalan yang diperbincangkan dan akan mengakhiri menjalarnya pandangan-pandangan yang keliru.
Sejak terjawabnya masalah-masalah penting dan pokok dari Revolusi Indonesia oleh Kongres Nasional V Partai, dan terutama sekali setelah berjalan pendidikan kader-kader dan anggota-anggota tentang soal-soal pokok revolusi Indonesia, tentang strategi dan taktik Partai, dan tentang politik-politik pokok Partai mengenai soal nasional dan internasional, sudah tidak terdapat lagi perjuangan intern yang prinsipil dan kuat di dalam Partai kita. Sekalipun demikian, karena Partai kita masih dalam kepungan kelas-kelas non-proletar, kita harus senantiasa siap menghadapi kemungkinan timbulnya perjuangan intern yang berprinsip.
Jika sekarang kita masih suka berbicara tentang perjuangan intern Partai, maka umumnya yang tidak berprinsip, misalnya perjuangan kawan yang satu menentang kawan lain hanya karena sikapnya tidak tepat atau tidak simpatik, hanya karena kepentingan tetek-bengek perseorangan atau klik, hanya untuk menutupi kesalahan sendiri, hanya untuk memuaskan perasaan sendiri , hanya untuk membalas dendam dsb. Perjuangan tak berprinsip demikian ini adalah tidak baik dan merugikan Partai. Oleh karena itu tiap anggota Partai harus berusaha keras agar dirinya tidak terperosok ke dalam perjuangan yang tidak berprinsip.
Tetapi jika perjuangan yang tidak berprinsip toh terjadi juga, seperti halnya masih terdapat dalam Partai kita sekarang, haruslah cepat-cepat diurusdan disediakan, atau menurut peribahasanya “tidak boleh dimalamkan”, karena jika dibiarkan berlarut-larut, ia bisa merintangi lancarnya pekerjaan Partai, dan bahkan bisa berkembang menjadi sangat tajam dan sampai menyinggung soal-soal prinsipilserta merusak persatuan Partai.
Mengenai perjuangan intern yang tidak berprinsip sulit sekali untuk mengambil keputusan, karena tidak ada prinsipnya, sedangkan kawan-kawan yang terperosok ke dalam perjuangan itu adalah kawan-kawan yang mengabdi kepada Partai dan revolusi. Oleh karena itu penyelesaiannya harus menempuh jalan kompromi, jalan musyawarah dan mufakat, masing-masing harus saling memberi dan menerima, tidak boleh ngotot-ngototan atau tarik urat. Jika masing-masing ngotot, masing-masing berpegang teguh pada pendapat-pendapatnya sendiri dan hanya meminta orang lain supaya melepaskan pendiriannya, maka ini hanya akan memperpanjang persoalan dan memperlambat penyelesaiannya, merintangi kemajuan pekerjaan, mempertajam percekcokan di dalam Partai dan merintangi persatuan di antara kawan-kawan. Oleh karena itulah, mengenai soal-soal yang tidak prinsipil, yang tidak mengenai soal-soal pokok revolusi Indonesia, tidak mengenai strategi dan taktik Partai, dan tidak mengenai politik Partai, harus ditempuh jalan kompromi, jalan musyawarah dan mufakat antara kawan. Kemudian praktek sosial dan pendidikan teori serta ideologi yang akan lebih mendekatkan kawan-kawan yang bertentangan tanpa prinsip itu.
Adakalanya juga kontradiksi intern yang tak berprinsip itu timbul sebagai akibat ketidakpuasan anggota-anggota dengan kawan yang memimpin kolektif itu. Jika demikian halnya, maka kontradiksi itu hanya dapat diselesaikan apabila ada perbaikan-perbaikan pada pimpinan kolektif. Dalam mengurus kontradiksi yang demikian Komite atasan harus selalu berpegang teguh agar di satu pihak memberi kesempatan kepada kader yang bersangkutan untuk berkembang, dan di pihak lain Komite yang bersangkutan tidak lagi terus-menerus terganggu oleh kontradiksi tidak berprinsip. Oleh karena itu adakalanya penyelesaiannya kontradiksi itu dengan melakukan pemindahan tugas seseorang atau beberapa kader yang berkontradiksi.
Sidang Pleno II CC, Desember 1963, telah menggarisbawahi bahwa penyelesaian kontradiksi intern “tidak boleh dimalamkan” atau dibiarkan berlarut-larut. Tiap kontradiksi intern harus diselesaikan dengan prinsip cepat, tepat, jelas, teliti dan bijaksana. Garis ini masih belum dilaksanakan dengan baik. Di banyak Komite penyelesaian kontradiksi intern masih berlarut-larut sehingga akhirnya berkembang ke arah yang lebih serius dan sukar diselesaikan. Pengalaman membuktikan bahwa membiarkan kontradiksi intern berlarut-larut menyebabkan bahwa sentralisme-demokratis, kritik dan self-kritik serta disiplin tidak bisa berjalan normal. Dengan perkataan lain, ini berarti membiarkan liberalisme tumbuh di dalam Partai. Karena itu prinsip cepat, tepat, jelas, teliti dan bijaksana harus dipegang teguh dalam menyelesaikan tiap kontradiksi intern Partai.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan kader yang membuat kesalahan harus diusahakan sedapat-dapatnya “penyelesaian 4 mata”, jadi tidak cepat-cepat dibawa ke kolektif. Dalam mengkritik kelemahan kader, pimpinan harus bertitik-tolak dari pendirian bahwa semua kader mesti mempunyai segi-segi positif dan kader yang bersangkutan harus merasakan bahwa pimpinan menghargai segi-segi positifnya itu, tetapi pimpinan tidak bisa membiarkan kesalahan-kesalahannya demi kepentingan Partai dan demi kemajuan yang bersangkutan itu sendiri.
Sesuai dengan putusan Sidang Pleno II CC, pekerjaan terpenting organisasi dewasa ini harus ditujukan untuk mengonsolidasi pengintegrasian Partai dengan kaum tani. Pengintegrasian hanya akan dapat terwujud jika Partai terus-menerus dan konsekuen memimpin perjuangan kaum tani mengganyang setan-setan desa terutama melalui bentuk perjuangan aksi sepihak.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan untuk pengintegrasian ialah pelaksanaan Gerakan Kebudayaan Baru, yaitu gerakan melawan kemaksiatan, terutama melawan 5 M (lima maksiat: Main, Minum, Melacur, Maling dan Madat), melawan keterbelakangan kultural dan untuk memajukan kesehatan Rakyat.
Untuk menyukseskan tugas-tugas tersebut perlu ditinjau pelaksanaan metode memimpin sesuai dengan keputusan Sidang Pleno I CC dari Kongres Nasional VII. Menurut pengalaman belakangan ini, dalam rangka memperbaiki pelaksanaan metode memimpin yang disesuaikan dengan tugas-tugas pekerjaan organisasi yang urgen dewasa ini, hal-hal sebagai berikut harus mendapatkan perhatian:
1. Memperbaiki pengertian kader-kader
Dalam rangka pelaksanaan metode memimpin, pada banyak kader terdapat kecenderungan untuk lebih memberatkan perhatiannya kepada segi “memajukan seruan-seruan umum dengan tuntutan kongkrit” daripada kepada segi “memajukan pimpinan dengan massa”. Kecenderungan demikian itu mengakibatkan Komite-Komite yang bersangkutan tidak dapat membebaskan diri dari sifat-sifat birokratis dan subyektif dalam melakukan pimpinan. Betapapun kawan-kawan yang mempunyai kecenderungan demikian itu berusaha untuk dapat memberikan petunjuk-petunjuk ke bawah jika segi memadukan pimpinan dengan massa tidak menjiwai seluruh kebijaksanaan memimpinnya, tak akan mungkin mencapai banyak sukses. Petunjuk-petunjuk banyak tapi tidak didasarkan pada penyimpulan pengalaman-pengalaman praktekdari bawah, tidak berdasarkan garis massa. Dengan demikian, petunjuk-petunjuk itu tidak hidup.
Memadukan pimpinan dengan massa hanya mungkin jika dengan konsekuen dilaksanakan prinsip “atasan membantu bawahan” dan “atasan memberi contoh kepada bawahan”. Sebagian besar dari tenaga, pikiran dan waktu dari atasan harus dicurahkan untuk membantu bawahan.
2. Memperbaiki pengintegrasian setiap politik dan putusan-putusan dengan seluruh anggota dan kemudian seluruh Rakyat.
Soal ini, yang dalam rangka memperbaiki pelaksanaan metode memimpin harus lebih mendapat perhatian (Putusan Pleno I CC), menjadi lebih penting lagi dalam hubungan dengan perlunya meratakan aksi, khususnya aksi sepihak. Dewasa ini sebagai akibat dari perkembangan yang tidak sama dari Partai kita di berbagai tempat, pengintegrasian politik Partai dengan massa Rakyat di satu tempat atau di berbagai tempat sudah intensif, tetapi di tempat lain belum. Akibatnya di satu atau beberapa tempat telah berkembang aksi-aksi pelaksanaan politik Partai, sedangkan di tempat lain belum. Untuk memperbaiki keadaan, daerah-daerah lemah harus lebih mendapatkan perhatian dalam setiap gerakan melaksnakan politik Partai. Pekerjaan ini memang tidak semata-mata pekerjaan agitasi-propaganda. Jadi kedua bidang pekerjaan harus dikoordinasi sebaik-baiknya.
3. Peranan pekerjaan riset
Pelaksanaan garis massa Partai, demikian juga pelaksanaan apa yang telah diputuskan oleh Kongres Nasional VI Partai tentang melakukan pekerjaan secara ilmiah, tidak mungkin tanpa melakukan riset yang baik untuk mengenal keadaan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa Komite yang tidak melakukan riset secara baik, tidak dapat melaksanakan politik Partai secara baik. Hal ini menjadi lebih jelas dalam pekerjaan di kalangan kaum tani akhir-akhir ini. Oleh karena itu, melakukan riset merupakan keharusan untuk memperbaiki pelaksanaan metode memimpin. Oleh karena itu kita harus melaksanakan semboyan “Perhebat pengintegrasian dengan penelitian” dan menanamkan pengertian secara mendalam, bahwa Partai Komunis yang tidak melakukan riset harus diragukan watak Marxis-Leninisnya.
4. Memperkuat grup pimpinan
Tugas ini harus dilaksanakan dalam hubungan dengan menciptakan Komite-Komite daerah pertanian yang bersih dari elemen-elemen kelas penghisap, untuk mengembangkan lebih lanjut gerakan revolusioner kaum tani. Tetapi pelaksanaan tugas ini tidak mungkin tanpa dipadukan dengan pekerjaan membangkitkan aksi-aksi kaum tani melawan setan-setan desa. Dalam keadaan kaum tani tidak melakukan perjuangan melawan tuan tanah-tuan tanah, tidak akan terasa sebagai keperluan yang mutlak membersihkan elemen-elemen penghisap dari Komite-Komite Partai, dan tidak akanada pertumbuhan pekerjaan ini CS-CS harus dijadikan model utama untuk memperbaiki CSS-CSS yang komposisinya belum sesuai dengan keperluan mengobarkan perjuangan tani melawan setan-setan desa. Hanya dengan CSS yang berfungsi normal CR-CR, Grup-Grup, massa anggota dan massa Rakyat dapat diaktifkan dan dimobilisasi.
Kecuali mempersoalkan perbaikan pelaksanaan metode memimpin, pekerjaan organisasi perlu diperinci berdasarkan tugas-tugas tersebut di muka sebagai berikut:
1. Mengonsolidasi pengintegrasian dengan kaum tani
a. Mengembangkan pekerjaan riset untuk memperdalam pengetahuan tentang desa, terutama ditujukan untuk meluaskan aksi-aksi kaum tani khususnya untuk membantu aksi sepihak kaum tani.
b. Melaksanakan dengan konsekuen putusan yang pernah kita ambil untuk memperkuat pimpinan BTI dengan memberikan kader-kader yang sesuai dengan keperluannya. Mengikutsertakan secara terpimpin tenaga-tenaga ahli untuk membantu pekerjaan produksi di desa-desa, terutama untuk desa-desa Manipol atau desa-desa mutlak dan desa-desa kelas I dan II.
c. Sejalan dengan memperkuat grup pimpinan Partai di daerah pertanian, dengan melalui metode yang sama yaitu memadukannya dengan pekerjaan membangkitkan massa, mempercepat proses memburuhtani dan mentanimiskinkan pimpinan BTI di desa-desa.
d. Gerakan meningkatkan desa-desa satu kelas lebih tinggi dengan menjadikan soal ini mata-plan dari Plan 4 Tahun.
e. Mengorganisasi ceramah-ceramah, seminar-seminar, kursus-kursus untuk mengintegrasikan pikiran kader-kader yang bekerja di luar gerakan tani dengan kaum tani, misalnya tentang UUPBH, UUPA dan tentang aksi sepihak oleh kawan-kawan pemimpin-pemimpin BTI.
2. Mengonsolidasi daerah mutlak dan daerah kelas I dan II
a. Untuk memperkuat disiplin Partai perlu diambil tindakan-tindakan secara tepat terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh kader-kader Partai, khususnya kader-kader yang bertugas dalam lembaga-lembaga resmi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan gerakan memperbaiki pikiran atau gerakan membajakan diri dan mendidik diri dengan menekankan bahwa masing-masing harus berpikir: …tanpa diriku Partai mungkin akan berkembang lebih baik.
b. Segera meningkatkan taraf kesadaran politik massa Rakyat, dan meningkatkan taraf teori, ideologi dan kebudayaan dari anggota-anggota partai di daerah-daerah mutlak atau daerah-daerah kelas I dan II.
c. Melaksanakan gerakan Kebudayaan baru dengan menetapkan tempat-tempat yang dijadikan model untuk penyempurnaan pelaksanaan selanjutnya. Untuk ini CR dan CSS perlu dibentuk Panitia gerakan yang mengintegrasikan ke dalamnya aktivis-aktivis ormasrev-ormasrev.
Dalam rangka menyesuaikan organisasi dengan situasi saya juga ingin mengusulkan supaya kita menyempurnakan susunan Komite-Komite Partai di semua tingkat, baik keanggotaan plenonya. Dewan Harian dan Komite Kerja Dewan Harian. Sekretariat, Komisi-Komisi Kontrol dan Verifikasi, Departemen-Departemen dan bagian-bagian serta Biro-Biro Partai.
Pertimbangan-pertimbangannya ialah, mengingat makin besar dan makin meluasnya organisasi dan keanggotaan Partai, agar persatuan Partai menjadi lebih kuat dan Komite-Komite lebih mampu melaksanakan tugas-tugas dan menyelesaikan segala persoalan yang dihadapinya.
Dalam pada itu juga harus dipertimbangkan bahwa badan-badan pimpinan Partai kita harus tetap tangkas dalam geraknya dan tidak dirintangi oleh keanggotaannya yang terlalu besar.
Dalam menetapkan perluasan keanggotaan badan-badan pimpinan partai, juga harus dipegang prinsip perbandingan jumlah organisasi dan keanggotaan Partai antara Komite satu dengan lainnya sebagai patokan perluasan itu. Juga masalah suku-bangsa dan warga negara keturunan asing harus mendapat perhatian.
Saya berpendapat, bahwa perluasan keanggotaan badan-badan pimpinan Partai kita adalah sesuai dengan tuntutan situasi dan tugas-tugas partai dewasa ini yang mengharuskan kita untuk menghimpun dan meningkatkan tugas dan tanggungjawab kader-kader yang aktif dan maju, untuk terus memperkuat, memperbaharui dan mengonsolidasi Komite-komite Partai kita di semua tingkat.
Kawan-kawan yang tercinta.
Demikianlah beberapa masalah organisasi yang menurut pendapat saya perlu kita bahas dalam konferensi Nasional ini.
Saya ingin menambahkan, bahwa sebagaimana judul dari pidato saya ini “Dengan Semangat Banteng Merah Mengonsolidasi Organisasi Komunis yang Besar”, Partai kita bukan lagi hanya satu gerakan Komunis yang besar, tetapi sudah merupakan organisasi Komunis yang besar. Sebagai organisasi Komunis, Partai kita secara mutlak tidak dapat dipisahkan dari strategi dan taktik memimpin perjuangan revolusioner proletariat. Inilah sistem teori pembangunan Partai kita.
Sebagai Partai yang terus-menerus dikepung oleh kelas-kelas non-proletar, dan yang harus mengintegrasikan diri secara total dengan massa rakyat, khususnya dengan kaum tani, dan sekarang berada dalam perjuangan sengit melawan revisionism modern dan dogmatisme modern dalam skala dunia, Partai kita harus dengan gagah berani, dengan semangat banteng merah, melawan segala oportunisme di lapangan ideologi, politik dan organisasi.
Partai kita harus terus-menerus memperkuat persatuannya dalam ideologi, politik dan organisasi.
Jadilah Komunis yang baik dan lebih baik lagi!
(Singkatan pidato di Konferensi Nasional I PKI tanggal 3 Juli 1964)