Sumber: Bintang Merah Nomor Spesial, "Maju Terus" Jilid I. Kongres Nasional Ke-VII (Luar Biasa) Partai Komunis Indonesia. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1963.
Kawan-kawan yang tercinta!
Saya menyetujui sepenuhnya Laporan Umum Kawan D.N. Aidit yang berjudul: “UNTUK DEMOKRASI, PERSATUAN, DAN MOBILISASI”, usul-usul yang diajukan Kawan M.H. Lukman mengenai perubahan Konstitusi Partai dan usul-usul yang diajukan oleh Kawan Njoto mengenai perubahan Program Partai. Juga saya menyetujui pendapat bahwa, bagaimanapun juga, Kongres Nasional ke-6 Partai tidak berada di bawah Kongres Nasional ke-7 yang bersifat luar biasa ini. Dalam pada itu, melalui mimbar ini saya ingin menyatakan keyakinan bahwa Laporan Umum Kawan D.N. Aidit, pidato-pidato pengantar Kawan M.H. Lukman dan Kawan Njoto merupakan senjata aktual yang sangat ampuh dan yang akan lebih menaikkan martabat Partai di dalam negeri dan di dunia, (tepuk tangan) untuk mengkonsekuenkan pelaksanaan Manipol RI bersamaan dengan mengkonsekuenkan pelaksanaan Pernyataan 81 Partai Komunis dan Partai Buruh. (Tepuk tangan).
Karena laporan dari Jakarta Raya sudah disampaikan oleh Kawan S. Sukadi, pada kesempatan ini saya hanya akan memberikan sorotan mengenai soal yang banyak hubungannya dengan rangkapan tugas saya yang lain, yaitu mengenai front nasional.
Sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang sedang berkembang, Kawan D.N. Aidit sudah menyimpulkan bahwa persatuan nasional kita yang makin hari makin bertambah kuat pada pokoknya mempunyai tiga bentuk:
Saya pun ingin menggarisbawahi bagian dari laporan Kawan D.N. Aidit yang berbunyi:
“Pengalaman perjuangan revolusioner kita menunjukkan bahwa front nasional atau persatuan nasional hanya mungkin dikonsolidasi dengan jalan memobilisasi rakyat. Dan rakyat akan dapat dimobilisasi secara besar-besaran jika ada demokrasi. Oleh karena itulah, masalah politik dalam negeri kita yang mahapenting sekarang ialah pengibaran Tripanji Bangsa, yaitu demokrasi, persatuan, dan mobilisasi untuk menuju pengubahan demokratis yang konsekuen di lapangan sistem politik dan di lapangan kebebasan politik bagi rakyat. Konkretnya, untuk menuju: terbentuknya Kabinet Gotong-Royong dan pencabutan keadaan bahaya, serta peninjauan kembali UUKB yang berlaku sekarang”.
Kutipan itu, sebagaimana kawan-kawan lihat, menyimpulkan secara jernih dan meyakinkan hubungan antara semboyan terpokok Kongres ke-6, yaitu “UNTUK DEMOKRASI DAN KABINET GOTONG-ROYONG”.
Kawan-kawan yang tercinta!
Selanjutnya saya akan menyampaikan laporan singkat mengenai perkembangan salah satu bentuk dari front nasional. Yang saya maksudkan ialah organisasi Front Nasional yang dibentuk dengan Peraturan Presiden RI No. 13 Tahun 1959 tentang Front Nasional tertanggal 31 Desember 1959, dengan Keputusan Presiden RI No. 165 tentang AD FN tertanggal 15 Juli 1960 (yang salah satu pasalnya yang penting, yaitu pasal keanggotaan kemudian diubah dengan Kepres RI No. 658 Tahun 1961 tertanggal 27 Desember 1961), selanjutnya dengan Keppres RI No. 166 Tahun 166 Tahun 1960 tentang PRT FN tertanggal 15 Juli 1960 (yang salah satu pasalnya, yaitu mengenai Sekretariat diubah dengan Keppres RI No. 7 Tahun 1961 tertanggal 7 Januari 1961).
Seperti diketahui, program organisasi Front Nasional ini adalah program bersama yang bersifat anti-imperialis dan anti-feodal dari semua kelas, golongan, dan orang yang nasional dan yang demokratis. Program bersama ini tidak lain adalah Manifesto Politik RI. Jadi program Front Nasional adalah sama dengan program negara RI, setelah MPRS menetapkan Manipol sebagai garis-garis besar haluan negara RI.
Berbicara mengenai program Front Nasional yang adalah program Republik Indonesia ini kiranya tidak berlebih-lebihan, kawan-kawan, jika saya mengatakan bahwa keputusan-keputusan Kongres Nasional ke-5 PKI pada bulan Maret 1954 yang dijiwai oleh Laporan Umum Kawan D.N. Aidit, “Jalan Ke Demokrasi Rakyat Bagi Indonesia”, dan kemudian garis-garis umum dan taktik-taktik Partai yang dirumuskan di bawah semboyan “Bersatu Untuk Menyelesaikan Tuntutan-Tuntutan Revolusi Agustus 1945 Sampai Ke Akar-Akarnya!” telah melakukan peranan menentukan dalam proses kelahiran program Republik yang adalah program Front Nasional itu. (Tepuk tangan). Dan, rasanya mudah dimengerti seperti 2 X 2 = 4 dan mudah diyakini seperti besok matahari akan terbit, bahwa keputusan-keputusan Kongres Nasional ke-5 PKI serta taktik-taktik yang dirumuskan di bawah semboyan “Demokrasi, Persatuan, Mobilisasi” dan di bawah semboyan “Bedil Di Satu Tangan, Pacul Di Tangan Lain” sedang dan akan terus melakukan peranan yang menentukan dalam proses pelaksanaan program Republik itu, (tepuk tangan) atau lebih tepat: dalam mengkonsekuenkan pelaksanaannya.
Kawan-kawan yang tercinta!
Susunan Pengurus Besar FN pleno baru ditetapkan dengan Keppres RI No. 198 tertanggal 15 Agustus 1960 dan kemudian ditambah-tambah lagi sehingga terakhir mencapai jumlah 73 orang. Hampir 5 bulan kemudian, pada tanggal 8 Januari 1961, setelah mendengar pertimbangan-pertimbangan dari tokoh-tokoh partai-partai terbesar NASAKOM dalam perundingan “Tampaksiring”, Presiden RI menetapkan susunan Dewan Harian dan Sekretariat Pengurus Besar. Di dalam pleno dan harian Pengurus Besar duduk tokoh-tokoh NASAKOM di samping tokoh-tokoh dari beberapa golongan karya, termasuk golongan karya buruh tani, wanita, dan tentara. Ketuanya, sebagaimana diketahui, adalah Presiden Sukarno sendiri, dengan sebutan Pemimpin Tertinggi FN.
Pengurus Besar FN sesungguhnya baru mulai melangkah pada tanggal 10 Maret 1961, dengan diadakannya Sidang Pleno yang kemudian membagi diri dalam team-team untuk pergi ke daerah-daerah guna membentuk Panitia-Panitia Persiapan FN Daerah, Cabang, Anak Cabang, dan Ranting. Susunan Panitia-Panitia Persiapan ini terdiri dari 3 unsur, yaitu unsur golongan politik, unsur golongan karya, dan unsur perseorangan. Berkat perjuangan dari atas maupun dari bawah golongan-golongan politik dan karya kebanyakan diambil dari partai-partai NASAKOM dan organisasi-organisasi massanya, sedangkan unsur perseorangan pada umumnya diambil dari pejabat-pejabat pemerintah, sipil, dan militer. Panitia-panitia ini, yang hakikatnya sudah merupakan badan kerja sama yang luas, pada tahun 1961 berhasil dibentuk di sebagian besar daerah sampai ke desa-desa.
Kemudian, dalam bulan April 1961 telah disahkan sebagian besar dari Pengurus Daerah swatantra tingkat I, dan sampai sekarang hanya dua daerah saja lagi di mana Pengurus Daerah FN belum terbentuk, yaitu di Kalimantan Selatan dan di Irian Barat. Kawan-kawan yang duduk di dalam Dewan Harian maupun Sekretariat Pengurus Besar sudah mengajukan desakan-desakan agar susunan pengurus FN Daerah Irian Barat segera dibentuk, sesuai dengan tekad untuk selekas mungkin membebaskan daerah ini melalui segala jalan. (Tepuk tangan). Dengan sendirinya kita pun berusaha agar di Kalsel juga segera dibentuk Pengurus Daerah FN, dengan NASAKOM sebagai porosnya, karena bukankah Bung Karno dan pendapat umum sudah mengatakan, bahwa tidak setuju NASAKOM adalah sama dengan tidak setuju Pancasila dan tidak setuju UUD 45?
Meskipun tidak secepat seperti diharapkan, pada tanggal 2 Maret 1962 serempak disahkan oleh Presiden Sukarno susunan pengurus 268 Cabang Front Nasional. (Tepuk tangan).
Juga berkat perjuangan dari atas maupun dari bawah, di mana partai-partai NASAKOM ada pada umumnya pemimpin-pemimpin mereka ditetapkan menjadi anggota-anggota pengurus FN, baik tingkat Daerah maupun tingkat Cabang, bahkan banyak yang menjadi Wakil-Wakil Ketua dan Sekretaris atau Wakil Sekretaris. (Tepuk tangan). Tetapi, dalam pada itu, jabatan Ketua kebanyakan diambil dari kalangan pejabat, militer maupun sipil, yang pada umumnya sudah mempunyai banyak rangkapan yang berat-berat, sehingga kalau selalu digantungkan kepadanya FN tidak bisa berjalan. Dalam komposisi yang demikian, FN Daerah dan Cabang hanya bisa jalan apabila Ketuanya cukup aktif bersama-sama dengan anggota-anggota Pengurus Harian lainnya dan Sekretariat, atau apabila sekurang-kurangnya para Wakil Ketua dan anggota-anggota PH lainnya serta Sekretariat dengan understanding atau restu dari Ketua merupakan satu team yang aktif.
Demikianlah, dalam tahun 1961 kita terutama sibuk dengan pembentukan-pembentukan, dengan kegiatan-kegiatan ke dalam.
Sementara itu perkembangan situasi umum sudah menuntut supaya Front Nasional segera melakukan gerakan-gerakan keluar, lebih-lebih dengan tetap berkepalabatunya Belanda di Irian Barat dan dengan meningkatnya krisis pangan. Perkembangan keadaan intern FN jauh ketinggalan dari perkembangan situasi, dari tuntutan-tuntutan revolusi. Akibatnya, di samping kritik-kritik yang sehat, mulailah terdengar penyesalan-penyesalan yang tidak disertai pengertian dan bahkan ejekan-ejekan dan perasaan-perasaan skeptis terhadap FN. Memang, perkembangan situasi dalam dan luar negeri, lebih-lebih dengan adanya TRIKORA, menuntut agar FN sekarang juga melaksanakan tugasnya seperti yang tercantum dalam pasal 3 Anggaran Dasarnya, yaitu:
Dalam pada itu ada saja orang-orang yang aneh-aneh, yaitu orang-orang yang di samping menderita phobi-phobi lainnya juga menderita phobi terhadap Front Nasional, sebagaimana juga disinyalir dan dikecam dengan tandas oleh Presiden Sukarno dalam RESOPIM. (Tepuk tangan).
Perkembangan situasi menuntut supaya FN segera mengadakan gerakan-gerakan besar-besaran keluar, tetapi perkembangan intern FN sendiri belum memungkinkannya. Misalnya, bila anggota-anggotanya belum ada, siapa yang dapat didisiplin oleh FN untuk bergerak, untuk beraksi?
Maka, apa yang harus diperbuat, apa jalan keluarnya?
Kawan-kawan yang tercinta!
Sesungguhnya, sejak sebelum organisasi FN lahir, tokoh-tokoh NASAKOM sudah menunjukkan jalan yang benar yaitu agar keanggotaan FN terdiri dari 3 jenis: partai-partai politik, organisasi-organisasi massa, dan perseorangan. Hal ini diajukan kembali pada kesempatan-kesempatan pertama setelah Dewan Harian PB mulai bekerja. Dan, pada akhirnya ternyata usaha ini tidak sia-sia, karena pada tanggal 27 Desember 1961 Presiden Sukarno mengubah pasal keanggotaan dalam Anggaran Dasar FN.
Mula-mula keanggotaan FN itu dirumuskan sebagai berikut:
“Yang dapat menjadi anggota Front Nasional ialah setiap warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 dan menyetujui dasar dan tujuan Front Nasional, baik yang tergabung dalam organisasi-organisasi golongan karya dan golongan politik, maupun yang tidak”.
Perubahannya berbunyi sebagai berikut:
“Yang dapat menjadi anggota Front Nasional, ialah:
yang semuanya berjiwa Proklamasi 1945 dan yang menyetujui dasar dan tujuan Front Nasional”.
Ini adalah kemenangan besar bagi demokrasi, persatuan dan mobilisasi. (Tepuk tangan).
Atas dasar perubahan itu pada tanggal 5 Januari 1962 Sekjen FN menyerukan agar partai-partai politik dan organisasi-organisasi golongan karya masuk menjadi anggota FN. Sampai sekarang, di samping 10 partai politik yang telah diakui, terdapat lebih dari 150 pimpinan pusat organisasi-organisasi massa yang meminta agar diterima menjadi anggota FN. (Tepuk tangan).
Kuatnya hasrat dari partai-partai dan organisasi-organisasi massa untuk bersatu-padu di dalam FN telah memungkinkan suksesnya musyawarah yang diadakan oleh Pengurus Besar FN dengan partai-partai dan organisasi-organisasi massa pada tanggal 2 Maret 1962. Ini merupakan langkah besar keluar yang pertama kalinya dilakukan oleh FN, di luar gerakan menyambut Hari 17 Agustus dan hari-hari nasional lainnya serta menyambut tamu-tamu agung. Keputusan musyawarah yang berjudul “Pernyataan Kebulatan Tekad Pelaksanaan Trikomando Rakyat” adalah program aksi yang secara tepat mencerminkan perasaan dan pikiran seluruh rakyat Indonesia. Tekad agar rakyat berjuang dengan bedil di satu tangan dan pacul di tangan lainnya pada hakikatnya tercakup pula dalam program aksi itu. Isi program aksi itu berkumandang dalam lembaga-lembaga kenegaraan di pusat, misalnya di dalam DPA, dan sedang dikampanyekan di daerah-daerah. Musyawarah Tani PBFN yang diadakan pertengahan April yang berlalu adalah kelanjutan dari musyawarah tanggal 2 Maret itu.
Menteri/Sekjen FN Soedibyo adalah benar ketika mengatakan bahwa masuknya golongan-golongan politik dan karya dalam bentuk partai-partai dan organisasi-organisasi massa ke dalam FN memberikan perspektif baru. Memang, dengan demikian FN bisa lebih cepat menyusun dirinya ke dalam, serempak dengan menggerakkan kekuatan-kekuatan massa yang revolusioner melalui anggota-anggotanya yang berupa partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa. Dengan demikian FN mempunyai syarat-syarat dan alat-alat untuk bisa menanggulangi tugas-tugas yang multi kompleks secara simultan, tugas-tugas revolusi dengan tuntutan-tuntutannya yang senantiasa meningkat itu.
Tetapi, melaksanakan banyak tugas dalam waktu singkat yang sama itu hanya mungkin apabila FN dengan sadar mengajak partai-partai dan organisasi-organisasi massa dalam semangat perubahan keanggotaan FN itu, tanpa menunggu-nunggu pengesahan secara formal, di samping menggerakkan semua tingkat organisasi FN sendiri yang sudah terbentuk. Dalam hubungan ini tepat dan penting sekali instruksi Menteri/Sekjen FN yang ditujukan kepada semua tingkat pengurus dan panitia persiapan FN, jadi termasuk kepada Panitia-Panitia Persiapan FN tingkat kelurahan, agar segera mengadakan rapat-rapat yang serupa dengan musyawarah tanggal 2 Maret di Gedung Pemuda Jakarta, dan untuk menyebarkan keputusan-keputusan musyawarah itu seluas-luasnya, antara lain dengan selebaran-selebaran, rapat-rapat umum dan cara-cara lain. Apabila inisiatif dari atas ini segera disambut dengan inisiatif dari bawah, sehingga musyawarah-musyawarah termaksud dilaksanakan merata sampai ke tiap kelurahan, sungguh merupakan sumbangan besar kepada pelaksanaan semboyan “Untuk Demokrasi, Persatuan, Mobilisasi”. (Tepuk tangan). Dan tentulah kekuatan-kekuatan progresif di semua tingkat FN tidak bisa mengharapkan orang-orang yang oleh Bung Karno dalam Resopim disebut berkepala sinting akan dengan kemauan sendiri melaksanakan instruksi itu. Yang bisa diharapkan dari mereka hanya rintangan, sebaliknya, kita justru ditakdirkan untuk menerobos atau mendobrak rintangan-rintangan dari mereka itu, (tepuk tangan) dengan semangat “5 Lebih”: lebih berani, lebih pandai, lebih waspada, lebih gigih, dan lebih tekun.
Di samping itu penting mendapat perhatian, untuk Demokrasi, Persatuan dan Mobilisasi, agar mulai sekarang apabila hendak melakukan gerakan-gerakan besar misalnya, gerakan-gerakan melaksanakan hasil musyawarah tanggal 2 Maret dan musyawarah tani PBFN, setiap tingkat pengurus FN tidak hanya menginstruksikan organisasi bawahannya, tetapi juga meminta bantuan secara resmi kepada partai-partai dan organisasi-organisasi massa, terutama yang telah membuat keputusan untuk menjadi anggota FN. Mereka yang belum membuang impiannya untuk membubarkan partai-partai tentu akan merintangi hal ini, tetapi berbahagialah FN dan rakyat Indonesia karena ada Partai Komunis Indonesia yang tentu memelopori penerobosan dan pendobrakan rintangan-rintangan itu! (Tepuk tangan).
Untuk mengatasi phobi-phobi dan keragu-raguan terhadap partai-partai politik dan organisasi-organisasi massa, memang sejak adanya perubahan keanggotaan FN itu sangat diharapkan adanya kesigapan dari semua tingkat pengurus partai-partai dan organisasi-organisasi massa untuk membuktikan, bahwa dengan selalu menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan sesuatu kelas atau golongan, dengan “sepi ing pamrih rame ing gawe”, kita dapat melaksanakan keputusan-keputusan bersama dengan cepat dan tepat.
Memang ada rintangan yang dipasang orang dan ada penyalahgunaan-penyalahgunaan untuk menindas daya juang dan inisiatif massa, tetapi bukankah “revolusi tak boleh mandek”, bukankah “revolusi tak bisa dibendung” meskipun kaum reaksioner berusaha membendungnya? Ya, bukankah satu-satunya pencipta sejarah adalah rakyat, dan bukankah “Vox populi vox Dei” (“Suara rakyat suara Tuhan”)? (Tepuk tangan).
Kawan-kawan yang tercinta!
Di daerah-daerah, satu kemajuan penting sesudah terbentuknya pengurus FN adalah terjadinya banyak hubungan antara tokoh-tokoh NASAKOM setempat, serta antara mereka dengan pejabat-pejabat sipil dan militer, padahal tadinya jarang bertemu dan tidak cukup saling mengenal. Di beberapa daerah banyak kontak ini telah berhasil menghilangkan prasangka-prasangka dan phobi-phobi, lebih lanjut telah mengembangkan saling pengertian dan kesediaan saling bantu. Mudah-mudahanlah daerah-daerah yang demikian itu makin banyak dengan cepat, dan ini mungkin apabila semangat “lima lebih” merangsang dan menjiwai semua anggota Partai yang bekerja di dalam dan di luar organisasi FN. Di samping itu ada daerah-daerah di mana FN-nya macet, karena phobi-phobi di dalamnya kurang cukup dilawan, atau sudah dilawan agak lumayan tetapi belum berhasil mengatasinya.
Sekarang FN mulai bergerak serempak, baik ke dalam maupun ke luar. Dengan perjuangan dari atas dan dari bawah pastilah bentuk-bentuk gerak ini akan makin banyak dan makin seirama dengan tuntutan-tuntutan revolusi. Asal mendapat pimpinan yang tepat, proses gerak ini akan mempunyai arti besar dalam mengembangkan semangat Demokrasi, Persatuan, dan Mobilisasi, serta sekaligus akan menyempurnakan komposisi tubuh FN sendiri sehingga pada akhirnya benar-benar merupakan “samenbundeling van alle revolutionaire krachten” yang berporoskan NASAKOM seperti yang sudah digariskan oleh Bung Karno sejak tahun 1926 dalam tulisan “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” (lihat buku “Di Bawah Bendera Revolusi”), dan pimpinannya pun di semua tingkat benar-benar terdiri dari “orang-orang revolusioner sejati” seperti yang dimaksudkan dalam “Jarek”.
Tidakkah ini terlalu optimis, kawan-kawan?
Saya kira tidak, soalnya kita tergolong ke dalam orang-orang yang percaya bahwa retooling yang diwajibkan oleh Manipol dan Jarek serta ditandaskan lagi dalam Resopim akan terlaksana di semua alat revolusi, lama atau cepat dan mengenai semua tingkatannya. Dalam 5 tahun terakhir ini, yaitu sejak berlakunya keadaan darurat perang di semua daerah, sungguh banyak pelajaran-pelajaran politik yang sudah ditarik oleh rakyat, berdasarkan pengalaman-pengalamannya sendiri. Dan Partai kita memang makin hari makin pandai dalam mengamalkan ajaran Lenin, yaitu mendidik massa menurut pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Makin banyak “orang-orang biasa” yang percaya bahwa kekuatannya terletak dalam persatuannya, yang percaya bahwa pada akhirnya “rakyat yang menjadi hakim”. (Tepuk tangan). Sebaliknya, makin banyak pula “orang-orang biasa” yang tidak percaya, dan tidak takut, kepada segelintir orang yang beberapa tahun yang lalu masih berani menepuk dada sebagai orang-orang yang cakap dalam segala hal, paling berdisiplin dan paling jujur. Mata dan telinga rakyat tidak hanya banyak tetapi juga tajam. (Tepuk tangan). Dan jangan dilupakan perasaan rakyat, yang tidak hanya halus tetapi selalu tepat. Tak ada satu dosa pun yang tidak diketahui oleh rakyat. Ya. Sang Hakim memang tahu segala-galanya, mengenai masa lampau, mengenai masa sekarang dan mengenai masa yang akan datang setiap orang! Tidak peduli berapa bintang orang itu. (Tepuk tangan).
Dan berbahagialah Bung Karno bahwa ada partai yang berhasil meyakinkan rakyat untuk tidak salah sasaran dalam menuding siapa yang bertanggung jawab terhadap keburukan-keburukan dan kegagalan-kegagalan Pemerintah, serta tidak salah sasaran pula dalam menunjuk siapa yang berjasa berhubung dengan kebaikan-kebaikan dan sukses-sukses Pemerintah. Kiranya makin mendalamlah makna dari ucapan Bung Karno di depan Kongres Nasional ke-6 PKI: Yo sanak yo kadang, yen mati aku sing kelangan. (Tepuk tangan).
Melalui ujian pengalaman dan kita cukup memiliki kesabaran revolusioner untuk menunggu cukup banyaknya ujian pengalaman itu. Rakyat akan memberikan bantuan yang lebih kuat kepada Bung Karno dan pemimpin-pemimpin lainnya yang patriotik dan demokratis untuk melaksanakan retuling di semua macam dan semua tingkat alat revolusi (tepuk tangan) termasuk FN sehingga barisan dan pimpinannya akan menjadi seperti yang saya kemukakan tadi. Dan garis massa akan berangsur-angsur menjadi garis FN, perasaan dan pikiran massa akan menjadi perasaan dan pikiran FN. Dengan demikian FN tak akan menjadi semacam Hokokai, tetapi menjadi penggerak aksi-aksi massa yang revolusioner. (Tepuk tangan).
Memang, ada masanya kelas-kelas yang sedang runtuh itu kelihatannya kuat-kuasa, sedangkan kelas-kelas yang sedang tumbuh, rakyat, kelihatannya seperti lemah tak berdaya. Tetapi sejarah sudah membuktikan berkali-kali di puluhan negeri, termasuk di Indonesia sendiri, bahwa itu hanyalah gejala sementara! (Tepuk tangan). Dan gejala-gejala yang sekarang tampak di seluruh tanah air, di pusat maupun di daerah-daerah, menunjukkan bahwa gengsi rakyat sedang menaik, sedangkan gengsi kaum reaksioner dan para penderita bermacam-macam phobi, apapun yang dikuasai atau dimilikinya, sedang menurun dan melayu. (Tepuk tangan). Dan ini tidak bisa lain daripada akan memperkuat Front Nasional.
Demikianlah, kawan-kawan tercinta, organisasi Front Nasional dapat memainkan peranan penting dalam mengembangkan semangat Demokrasi, Persatuan, dan Mobilisasi. Maka, di samping tetap mengutamakan penggalangan persekutuan kelas buruh dengan kaum tani, sokoguru-sokoguru revolusi, sebagai basis front nasional; di samping terus mengembangkan kerja sama NASAKOM di berbagai tingkat badan-badan kenegaraan menuju ke arah Nasakomisasi total seperti yang diidam-idamkan oleh Bung Karno; saya percaya bahwa sepulangnya dari Kongres ini, di bawah semangat laporan Kawan D.N. Aidit, pidato-pidato pengantar Kawan M.H. Lukman dan Kawan Njoto, kita akan mengabdikan diri lebih baik lagi dalam memperkuat organisasi FN yang anggota-anggotanya terdiri dari golongan-golongan politik, karya dan perseorangan. Dengan demikian proses penyempurnaan barisan FN dapat diharapkan akan berjalan lebih tepat dan lebih cepat, agar lebih selaras dengan tuntutan-tuntutan revolusi, tuntutan-tuntutan rakyat.
Gunakan FN untuk Demokrasi, Persatuan, dan Mobilisasi! (Tepuk tangan lama).